REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usai berlangsungnya Musyawarah Nasional (Munas) II Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) di Solo beberapa waktu lalu, kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Hanura masa bakti 2015-2020 dikukuhkan di Jakarta pada Rabu (25/2) siang WIB.
Ada yang menarik dalam struktur baru DPP Partai Hanura yang kembali dipimpin Jenderal (Purn) Wiranto tersebut. Tampak sesosok anak muda 22 tahun dalam barisan kepengurusan DPP Partai Hanura 2015-2020.
Adalah Muhammad Pradana Indraputra, mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) yang diberikan kepercayaan sebagai wakil sekretaris jenderal (Wasekjen) Bidang Kaderisasi. Sebuah tanggung jawab sekaligus harapan besar tentunya yang dibebankan kepada pengurus termuda dalam sejarah DPP Partai Hanura.
Ketua Umum Satuan Pelajar Mahasiswa (Sapma) Hanura tersebut terjun ke dunia politik saat masih berusia 20 tahun. Hal tak lazim bagi kebanyakan anak muda yang cenderung apatis pada dunia politik.
Menurut pemuda yang biasa disapa Dana ini, pilihannya untuk terjun ke dunia politik mungkin masih menjadi hal yang tabu bagi anak muda seperti dirinya. Namun, jika kaum muda terus apatis terhadap politik, lalu siapa yang akan ikut menggerakkan perubahan dari dalam sistem.
“Mendorong perubahan memang bisa dilakukan siapa saja dan melalui jalur apa saja, tapi saya menyadari, hingga saat ini, masuk ke dalam sistem dan turut mewujudkan perubahan ke arah lebih baik melalui sistem tersebut, masih menjadi pilihan terbaik. Mempengaruhi dari dalam tentu lebih efektif dan cepat,” ujarnya.
Mahasiswa yang pernah menjadi delegasi Indonesia untuk International Youth Leaders Assembly di New York dan Washington DC ini menambahkan, stigma dunia politik di kalangan anak muda memang masih bisa dibilang cukup negatif. "Jika tidak ada yang memulai, kapan stigma itu akan berubah? Sementara di Indonesia, jumlah pemilih pada tiap gelaran pemilu dari kalangan anak muda sangat besar.”
Dana pun menjatuhkan pilihan kepada Hanura sebagai wadah perjuangan politiknya. Dia memilih Hanura setidaknya karena dua hal. Pertama karena ideologi tentunya, lebih penting lagi praktiknya.
"Hingga kini, alhamdulillah Hanura masih menjadi salah satu partai terbersih. Kedua, di Hanura politik dinasti tidak berlaku. Bahkan, tidak ada anggota keluarga pak Wiranto sebagai pendiri sekaligus ketua umum yang aktif di Hanura. Padahal politik dinasti lazim terjadi di banyak partai.”
Sebagai politisi muda, mantan ketua umum Remaja Islam Masjid Cut Meutia (RICMA) ini punya keinginan untuk membawa semangat baru dalam Hanura. Mantan delegasi Indonesia untuk Study of U.S Institute Religious Pluralism and Democracy 2013 ini punya mimpi besar dengan terlibat aktif di partai politik.
“Target sebagai politisi ke depannya pasti ada, tapi yang pasti, tujuan utamanya adalah bagaimana parpol bisa benar-benar bersih dulu. Kalau sistemnya sudah baik, kader-kader yang lahir dari parpol pun tentu akan baik," ujar Dana yang pernah merasakan studi di Korea University, Seoul.