REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik (Puskapol) Universitas Indonesia, Sri Budi Eko Wardani menilai Partai Golkar memerlukan kader muda yang mampu bersikap kritis, dan mampu menjadi penegah kepentingan 'elit-elit tua'.
"Harusnya ada generasi baru di tubuh Golkar, angkatan usia 40-an ini saya pikir bisa jadi kekuatan baru untuk menyuarakan kebersamaan itu," ujarnya kepada Republika, Kamis (26/2).
Dani melanjutkan jika dalam satu partai hanya dikendalikan oleh para elit tua, maka partai tersebut bisa saja kehilangan arah. Partai yang sudah kehilangan arah, nantinya tidak akan memiliki kekuatan di parlemen.
Ia menilai jika Golkar masih memakai cara pandang lama yang mengutamakan sosok yang dituakan akan membuat partai berlambang pohon beringin itu bersifat personalistik. Sayangnya, menurut Dani saat ini para tokoh muda tersebut malah ikut terbawa arus kepentingan elit politik.
"Sehingga yang semestinya tokoh muda bisa menjadi sosok yang kritis dan membawa perubahan di Golkar, malah ikut terjerumus dalam gap perseturuan kubu," katanya.
Dani menghimbau, Golkar harus bisa mencari jalan tengah dari segala kemelud yang saat ini terjadi. Jika tidak, maka Golkar berada diambang kehancuran. "Ini partai kan sudah sangat establized, kalau sampai rusak, ini sangat disayangkan," ucapnya.
Seperti diketahui, Sidang Mahkamah Partai Golkar yang digelar Rabu (25/6) malam belum bisa memutuskan siapa diantara Kubu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono, yang sah memimpin partai itu.
Rencananya mahkamah partai akan memutuskannya pada pekan depan. Perselisihan yang sudah berlangsung sejak awal Januari ini akan menentukan arah Golkar kedepan.