REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia tengah mengupayakan asuransi syariah berpremi murah agar berkembang dan terjangkau oleh masyarakat, terutama bagi kalangan menengah ke bawah yang berpendapatan rendah. Caranya dengan mendorong pelaksana asuransi terkait agar menggecarkan penetrasi asuransi mikro syariah baik melalui penggunaan teknologi ataupun menggandeng pihak ketiga agar tepat sasaran.
“Sebenarnya beberapa perusahaan asuransi sudah memiliki produk murah, namun sejauh ini masih kesulitan untuk mendistribusikannya kepada masyarakat menengah ke bawah,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perbankan dan Finansial Rosan P. Roeslani, Jumat (27/2).
Dikatakannya, pengembangan asuransi mikro syariah seharusnya dapat menjadi tumpuan untuk mewujudkan keuangan inklusif pada sektor asuransi. Meski beberapa perusahaan asuransi sudah memiliki produk asuransi syariah dengan premi yang relatif kecil, namun pihaknya tetap berharap agar perusahaan-perusahaan dapat meningkatkan jumlahnya serta menambah jenis produk asuransi mikro syariah yang lebih menarik.
Dengan sasaran penduduk berpendapatan rendah dan besarnya penduduk muslim di Indonesia, lanjut dia, pertumbuhan aset asuransi mikro syariah diharapkan bisa mencapai minimal 49 persen. Kadin mencatat, dalam lima tahun terakhir pertumbuhan aset asuransi mikro syariah sebesar 27 persen masih didominasi keluarga menengah dan menengah ke atas.
Meski tergolong muda dalam sektornya, industri asuransi syariah telah menunjukkan kinerja positif. Lembaga keuangan nonbank berakad syariat Islam itu mencatatkan pertumbuhan di atas 20 persen. Hal tersebut tercatat dalam data Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI).