REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sepanjang Februari sebesar 0,36 persen. Deflasi utamanya dipengaruhi penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Januari lalu.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, penurunan harga BBM berpengaruh signifikan terhadap terjadinya deflasi. Pasalnya, berdampak pada harga komoditas lain. ''Deflasi ini sangat rendah sekali,'' kata dia, Senin (2/3) siang.
Pemerintah pada pertengahan Januari lalu mengumumkan penurunan harga BBM untuk jenis premium dari Rp 7.600 menjadi Rp 6.600 per liter dan solar dari Rp 7.250 per liter menjadi Rp 6.400 per liter.
Sasmito menerangkan, deflasi selain disebabkan oleh penurunan harga BBM juga dipengaruhi penurunan harga cabai. Harga cabai sempat naik menjulang pada Januari lalu. Pasokan cabai kembali normal berefek turunnya harga cabai di pasar.
Dia melanjutkan, harga cabai pada Februari lebih murah. ''Penyebab utama deflasi cabai merah 0,28 persen, harga turun 39,66 persen pasokan melimpah dan distribusi lancar,'' ujar dia.
Dari 82 kota indeks harga konsumen (IHK), BPS juga mencatat deflasi terjadi di 70 kota IHK. Sedangkan 12 kota IHK tercatat inflasi. Kota Bukittinggi tercatat mengalami deflasi paling tinggi. Sedangkan kota Tual, Provinsi Maluku tercatat mengalami inflasi paling tinggi dibandingkan kota-kota lain sebesar 3,2 persen. Inflasi tersebut disebabkan tingginya harga ikan di Tual.