REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Subarkah/Wartawan Republika
Memang berbagai kalangan terkejut ketika dahulu menyeruak sebuah karya novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Novel ini begitu laris hingga penjualannya mencapai jutaan kopi. Bahkan, kemudian ketika diangkat ke layar lebar dalam banyak sekuel, penontonnya berjibun mencapai jutaan orang. Nah, pada saat itulah terpancang secara lebih jelas mengenai posisi sastra Islami.
Pengamat sastra yang intens bergelut dengan dunia sastra Islami, Ahmadun Yosi Herfanda, mengatakan, apa yang terjadi sekarang pada sastra dengan genre Islami ini memang merupakan hasil sebuah kreasi dan ketabahan yang panjang. Salah satu kelompok penting dalam kegiatan penyemai bibit baru penulis sastra Islami itu, salah satunya adalah Forum Lingkar Pena (FLP).
''Merekalah yang menyemaikan kembali tunas sastra Islami dan menyuburkannya hingga sekarang. FLP-lah yang menemukan bakat baru sastrawan yang kini kondang itu,'' kata Ahmadun.
Terus menggeliatnya kegiatan penulisan sastra Islami diakui oleh salah satu pengurus FLP, Hendra Purnama. Kegiatan kreatif penulisan karya sastra kini begitu meluas dan semakin hari semakin banyak menyedot perhatian. Bahkan, belakangan ada euforia baru yang membuat para pegiat sastra ini semakin tertantang motivasinya. Pemicunya adalah munculnya novel Assalamu'alikum Beijing yang kemudian dibuatkan filmnya.
''Kami menulis bukan karena ingin menjadi penulis profesional. Tapi, kami ingin menyebarkan gagasan kami sebagai sarana atau media dakwah. Nah, geliat semangat yang dahulu muncul semenjak terbitnya Ayat Ayat Cinta, kini makin naik setelah kemunculan novel Assalamu'alaikum Beijing. Para penulis di FLP tampak berhasrat sekali karya mereka bisa diangkat menjadi film,'' kata Hendra.
Meski begitu, Hendra mengakui masih banyak kekurangan yang harus bisa diperbaiki dalam kecenderungan tema sastra Islami, terutama hasil karya 'anak-anak' Forum Lingkar Pena. Hal itu adalah kecenderungan tema karya mereka yang terkesan seragam dalam genre yang romantis. Karya dalam tema sastra yang 'lebih serius' masih jarang dibuat.
''Kami selalu terus mengingatkan cobalah buat tema lain yang lebih dalam dan serius. Dan, ini baru sedikit hasilnya. Tapi, usaha ke arah sana terus kami dorong tanpa jemu. Bahkan, setiap kali ada pergantian kepengurusan, soal ini terus menjadi hal yang selalu diprogramkan,'' ungkap Hendra seraya mengatakan meski FLP punya anggota sampai 20 ribu, dalam sebulan hanya dua-tiga karya baru dari angotanya yang berhasil diterbitkan.