Jumat 13 Mar 2015 17:23 WIB

Golkar Pimpinan Ical Minta Presiden Turun Tangan

Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Bali, Aburizal Bakrie memberikan keterangan pers didampingi Sekjen hasil Munas Bali Idrus Marham (kanan) usai rapat internal di Hotel Sahid, Jakarta, Selasa (10/3).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Bali, Aburizal Bakrie memberikan keterangan pers didampingi Sekjen hasil Munas Bali Idrus Marham (kanan) usai rapat internal di Hotel Sahid, Jakarta, Selasa (10/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- DPP Partai Golkar hasil Munas Bali di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie meminta Presiden Joko Widodo turun tangan membantu menyelesaikan perselisihan Partai Golkar.

"Kami meminta Presiden bersikap bijaksana untuk membantu menyelesaikan persoalan parpol secara hukum, bukan melalui pendekatan negara kekuasaan," kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Bali Ade Komaruddin di gedung MPR/DPR/DPD Jakarta, Jumat (13/3).

Menurutnya, langkah Menteri Hukum dan HAM yang menerbitkan surat yang isinya mengesahkan DPP Partai Golkar

hasil Munas Jakarta pimpinan Agung Laksono adalah keliru. Sebab, perselisihan Partai Golkar masih berlangsung.

Menkumham, lanjut Ketua Fraksi Partai Golkar itu, hendaknya menunggu keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht) untuk menerbitkan suratnya. "Partai Golkar mengingatkan Menkumham agar memperbaiki

langkahnya. Kami juga meminta bantuan kepada Presiden untuk membantu menyelesaikian persoalan Partai Golkar secara independen," katanya.

Sikap Fraksi Partai Golkar, menurut Ade, setelah ada keputusan hukum inkracht, apapun keputusannya FPG akan mematuhinya. "Kalau memang sudah ada keputusan hukum inkracht dan keputusannya memenangkan kelompok Agung, tanpa dipaksa-paksa pimpinan FPG akan mundur dari jabatannya," katanya.

Sekretaris Fraksi Partai Gerindra DPR Fary Djemi Francis melihat situasi politik nasional menjadi kurang kondusif menyusul adanya perselisihan internal di Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan. Menurut dia, Fraksi Gerindra DPR mengetuk hati Presiden Joko Widodo untuk tidak tinggal diam menyikapi situasi politik nasional saat ini, khususnya pada kemelut yang terjadi di Partai Golkar dan PPP.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement