REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Hasil tangkapan ikan para nelayan di selatan Kabupaten Sukabumi masih belum maksimal. Pasalnya, saat ini hasil tangkapan para nelayan rata-rata baru mencapai sekitar 60-70 persen dari kondisi normal.
"Tangkapan ikan nelayan masih turun naik,’’ ujar Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Sukabumi Ujang SB, Selasa (17/3). Sebagai misal, pada hari tertentu hasil tangkapan cukup banyak. Namun, pada keesokan harinya hasil tangkapan tidak sebanyak hari sebelumnya.
Ujang mengatakan, kurang maksimalnya hasil tangkapan ikan dipengaruhi beberapa faktor. Misalnya, kondisi cuaca di tengah laut yang mengakibatkan nelayan tidak melaut. Jika dipaksakan melaut maka akan mengancam keselematan para nelayan dan hasil tangkapan tidak sebanding dengan biaya operasional.
Di sisi lain, Ujang mengatakan, para nelayan juga saat ini menghadapi masalah baru terkait dikeluarkannya dua aturan dari Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Ketentuan tersebut yakin Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 2/Permen-KP/ 2015. Dalam ketentuan itu disebutkan perahu payang dilarang penggunaanya.
Padahal, ujar Ujang para nelayan di Sukabumi sudah ratusan tahun menggunakan sarana tangkap ikan tersebut secara turun temurun. Aturan lainnya yakni Peraturan menteri Nomor 1/Permen-KP/2015 yang membatasi penangkapan lobster, kepiting, dan rajungan. Pelaksanaan ketentuan ini menyebabkan para nelayan tidak bisa beroperasi.
Lebih lanjut Ujang mengungkapkan, pemanfaatkan kekayaan laut di perairan Sukabumi masih kecil yakni sekitar 30 persen dari potensi yang ada. Fenomena ini dikarenakan terbatasnya armada perikanan tangkap dan sejumlah masalah lainnya.
Ujang mengungkapkan, jumlah nelayan di selatan Kabupaten Sukabumi mencapai sekitar 12 ribu orang. Para nelayan tersebu berada di sejumlah pesisir pantai seperti di Tegalbuleud, Pangumbahan, Ujunggenteng, Palabuhanratu, dan Minajaya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sukabumi, Abdul Kodir mengatakan, sebagian besar kapal pencari ikan nelayan Sukabumi masih tradisional dan berkekuatan di bawah 10 GT. "Dari 3 ribu kapal, sekitar 90 persen diantaranya berjenis di bawah 10 GT dan peralatannya tradisional,’’ imbuh dia.
Oleh karena itu, kata Kodir, Pemkab berkomitmen untuk membantu para nelayan dalam penyediaan armad pencari ikan. Namun, upaya ini juga harus dibarengi dengan penjagaan ekosistem laut agar terjaga kelestariannya.