Rabu 18 Mar 2015 11:56 WIB

Menteri Desa Prioritaskan Perbatasan Berpola PIR

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Indah Wulandari
Mendesa PDTT Marwan Jafar.
Mendesa PDTT Marwan Jafar.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) Marwan Jafar  memprioritaskan transmigrasi di wilayah perbatasan Indonesia dengan pola seperti Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Sehingga, kawasan perbatasan yang tak berpenghuni akan terbentuk kota baru.

“Tidak sekadar membuka kawasan perkampungan untuk menjadi pemukiman baru, atau juga menjaga lingkungan. Tetapi yang paling penting adalah kesejahteraan, keamanan dan pembangunan perbatasan sebagai satu kesatuan beranda Indonesia,” ujar Marwan, Selasa (17/3).

Pola perkebunan PIR itu, kata dia, dilakukan pemerintah dengan membuka wilayah lahan baru bagi transmigran yang bekerja sama dengan perusahaan sektor perkebunan. Pola kerja sama tersebut, akan diawasi pemerintah sehingga menjadi berkelanjutan.

Agar sukses pelaksanaannya, Marwan mengungkapkan, pihaknya akan bersinergi lintas kementerian. Misalnya, dengan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup terkait perizinan alih fungsi hutan.

Juga dengan Kementerian Pertanian, untuk teknis pemanfaatkan lahan transmigrasi menjadi kawasan berbudidaya tanaman, serta Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

Program kerja sama perkebunan rakyat itu, menurut Marwan, bisa dilakukan antara Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang dibentuk masyarakat dengan investor perkebunan.

“BUMDes dan investor bisa bersinergi membangun infrastruktur, pendidikan, dan sarana lainnya,” ujar politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB-) tersebut.

Menurut Menteri Marwan, sebenarnya pola PIR itu sudah lama diterapkan di Indonesia. Namun sayangnya, katanya lagi, lebih cenderung kurang diprioritaskan di perbatasan negara dan masih kurang pengawasan oleh pemerintah.

“Sehingga pelaksanaannya belum diminati oleh masyarakat dan investor,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement