REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia perlu menghentikan ekspor batu bara jika ingin memiliki listrik nasional yang kuat. Ketua Council International of Large Electric System (CIRGE) Indonesia, Herman Darnel Ibrahim mengatakan penghentian ekspor batu bara wajib dilakukan jika Indonesia ingin swasembada listrik.
Pasalnya, selama ini Indonesia mempunyai pasokan batu bara yang berlimpah, namun untuk mensuplai tenaga listrik Indonesia masih menggunakan minyak dan gas. Kedua bahan dasar suplai listrik ini malah di impor dari negara lain.
Penjualan batubara selama ini ternyata juga tidak menutupi biaya akomodasi yang harus dikeluarkan negara untuk menciptakan listrik yang murah. Harga ekspor batubara masih terbilang murah ketimbang harga impor minyak dan gas Indonesia dari luar.
Selain itu, di Indonesia sendiri masih banyak daerah yang tidak tersuplai listrik secara mapan. Di beberapa daerah seperti Sumatera, Sulawesi juga Nusa Tenggara masih kerap terjadi pemadaman dan krisis listrik. Saat ini 83,40 persen ketersediaan batubara di Indonesia diperuntukan untuk ekspor. Sedangkan untuk masyarakat hanya kebagian sisanya, sekitar 26 persen.
"Harga listrik di luar negeri bisa cuma empat dollar, coba di Indonesia, dengan kekayaan yang melimpah, kita bisa swasembada listrik," ujar Darnel saat menghadiri diskusi Energi Kita di Cikini, Ahad (22/3).