Ahad 22 Mar 2015 16:36 WIB
Impor Beras

Kementan Tepis Inpres Pengadaan Beras Jadi Alat Buka Keran Impor

Rep: c87/ Red: Joko Sadewo
Presiden Joko Widodo di gudang beras Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (25/2).
Foto: Republika/Prayogi
Presiden Joko Widodo di gudang beras Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (25/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian mendukung Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah. Inpres tersebut dinilai akan melindungi petani dari kerugian.

Plt Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Winny Dian Wibawa mengatakan, Inpres tersebut sebagai dasar pegangan bagi Badan Urusan Logistik Bulog untuk membeli gabah kering panen (GKP) dari petani seharga Rp 3.700 per kg. "Saat panen biasanya harga beras turun. Agar petani tidak dirugikan maka Bulog membeli seharga Rp 3.700. Aturan lama kan Rp 3.300. Sekarang petani lebih bagus menerima harga," jelas Winny saat dihubungi Republika Online (ROL), Ahad (22/3).

Meski demikian, menurutnya, pada umumnya harga rata-rata di atas harga eceran tertinggi (HET). Namun, pada Maret-April musim raya, harga menjadi turun. Sehingga Bulog harus intervensi harga agar tidak turun terlalu rendah. Saat panen raya Bulog diharapkan bisa mengisi gudang-gudang untuk cadangan, dengan membeli gabah dari petani seharga Rp 3.700.

Saat ditanya kemungkinan Inpres tersebut membuka keran impor, Winny menepis anggapan tersebut. Menurutnya, impor beras dilakukan saat tidak ada beras atau saat harga beras terlalu tinggi. Namun, saat ini persediaan beras masih cukup banyak.  

"Beras yang diimpor itu beras yang di luar kualitas, beras-beras kayak kebutuhan-kebutuhan khusus tapi izinnya terbatas," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement