REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah berpendapat, sebaiknya rakyat tidak membela pemimpin yang menunjukkan sikap kasar atau keras terhadap orang lain. Sebab, jika terus dibela, sikap dari pemimpin itu semakin hari akan bertambah kasar.
Hal itu juga berlaku bagi rakyat Jakarta yang sering membela Gubernur Basuki Tjahja Purnama atau Ahok atas sikap keras dan perkataan kotornya. Sikap Ahok dinilai sangat tidak sesuai dengan ajaran agama mengenai adab berbicara.
“Kalau pemimpinnya berkata kasar, tentu akan dinilai oleh masyarakat,” ujar Ketua PP Muhammadiyah, Yunahar Ilyas, saat dihubungi ROL, Senin (23/3).
Menurutnya, jika rakyat memiliki pemikiran kritis, tentu akan mengkritik sikap pemimpin atau pejabat publik yang memiliki perangai tidak sesuai dengan etika, bukan malah mendukungnya. Terlebih pemimpin merupakan seseorang yang perkataannya banyak didengar orang lain, memberi panutan dan juga teladan.
“Itu etika umum, jadi semua orang juga mengerti kalau berbicara tidak boleh kasar dan kurang ajar. Jangankan pemimpin, kita saja untuk bergaul sehari-hari tidak boleh seperti itu,” jelas dia.
Sebelumnya Ahok melontarkan beberapa kali kata-kata kasar saat melakukan wawancara dengan sebuah stasiun televisi swasta. Perkataan Ahok menuai kritikan berbagai pihak sebab dinilai tidak sesuai dengan etika yang harus dimiliki pejabat publik.