REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Presiden Yaman Abd Rabbu Mansour Hadi meninggalkan negaranya, di tengah serangan udara pada kelompok Syiah Houthi di negara tersebut. Hadi mengunjungi Arab Saudi dan Mesir, dalam upaya mengkonsolidasikan dukungan bagi serangan militer yang sedang berlangsung.
Aljazirah melaporkan pada Jumat (27/3), Hadi tiba di ibukota Saudi pada Kamis (26/3) malam. Ia mengunjungi Riyadh terlebih dulu sebelum menghadiri KTT Arab di Sharm el-Sheikh.
Perjalanan Hadi ke luar negeri kali ini diikuti serangan udara oleh koalisi pimpinan Saudi, yang menargetan Houthi di Yaman pada Kamis pagi. Media Saudi melaporkan, Hadi meninggalkan Aden di bawah perlindungan Saudi.
Kelompok Hak Asasi Manusia Amnesti Internasional mengatakan, setidaknya enam anak masuk dalam 25 korban tewas dalam serangan udara pimpinan Saudi itu. Sebelumnya, sumber Houthi mengatakan setidaknya 18 orang tewas dalam pemboman.
Pada Kamis malam Aljazirah menerima laporan bahwa serangan udara menargetkan kamp penerimaan anggota baru yang akan bergabung dengan pasukan yang setia pada Presiden Ali Abdullah Saleh. Seperti diketahui pasukan Saleh kini mendukung Houthi di wilayah barat Sanaa.
Seorang juru bicara koalisi Saudi mengatakan, operasi militer terhadap Houthi akan terus dilakukan selama diperlukan. Brigadir Ahmed al-Asiri mengatakan, saat ini belum ada rencana penyebaran pasukan darat namun semua pasukan dalam kondisi siap siaga.
Sementara pemimpin Houthi Abdel Malek al-Houthi dalam pidatonya menggambarkan operasi Saudi, sebagai agresi keji. Ia mempertanyakan apa yang diharapkan Saudi melalui serangan udaranya dan menyatakan akan tetap melakukan perlawanan.
"Apa yang mereka harapkan, kita menyerah, mengumumkan kekalahan dan bertindak seperti pengecut? Tentu saja tidak akan. Ini bukan cara orang-orang Yaman yang terhormat berpikir. Kami akan melawan. Semua warga Yaman akan bersatu melawan agresi keji ini," katanya.