Jumat 27 Mar 2015 13:44 WIB

Aliran Radikal Marak di Batam

Poster kampanye 'Lawan Radikalisme'.
Foto: Alarabiya.net
Poster kampanye 'Lawan Radikalisme'.

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM-- Wakil Gubernur Kepulauan Riau Soerya Respationo mengakui aliran radikal marak beredar di Kota Batam berdasarkan laporan dari berbagai pihak, termasuk Komunitas Intelijen Daerah.

"Aliran radikal memang ada," kata Wakil Gubernur di Batam, Jumat (27/3).

Aliran garis keras itu masuk dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri. Kelompok itu kemudian beredar dan berkembang di Batam. Namun, Soerya menduga, dari berbagai aliran radikal yang ada, belum ada yang mengarah pada paham kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

"Tidak ada yang mengarah ke ISIS, saya belum mendapat info A1," kata dia.

Untuk mengantisipasi agar kelompok radikal tidak semakin keras, maka Gubernur mengatakan akan menjaga komunikasi intens dengan LSM, OKP, Organisasi Masyarakat dan kelompok masyarakat lainnya. "Jika ada gerakan sekecil apa pun, maka harus melapor," kata dia.

Senada dengan Wagub, Ketua Umum Persaudaraan Lintas Agama Provinsi Kepri Didi Suryadi mengatakan di Batam banyak beredar aliran radikal. Bahkan menurut dia, di antara daerah lain di Indonesia, jumlah aliran garis keras di Batam paling banyak.

Ia meminta Kejaksaan kembali mengaktifkan Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) untuk mengawasi pergerakan aliran garis keras. Mengenai peredaran paham ISIS, Didi mengatakan sampai saat ini memang belum terdeteksi di Batam. Namun, benih gerakan itu ada dan berpotensi untuk terus membesar.

Pelita berharap aparat penegak hukum melakukan antisipasi sejak awal, untuk menggandeng remaja agar terhindar dari aliran radikal. Majelis Ulama Indonesia dan pemerintah juga diminta melakukan langkah pembinaan, agar kegiatan remaja lebih pada ke arah positif.

"Kami harap aparat penegak hukum mengupayakan secara maksimal dan optimal," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement