REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Wali Kota Pekanbaru, Provinsi Riau H Firdaus mengungkapkan rasa keprihatinannya atas minimnya anak sekolah dasar di wilayah itu yang memilih belajar agama sebagai ektrakulikulernya.
"Para orangtua lebih cenderung memasukkan anak mereka belajar ilmu pasti dan teknologi sebagai ektrakurikuler ," kata H.Firdaus, Ahad 4/5), usai membuka pelatihan bagi para guru, Madrasah se-Pekanbaru.
Ia menuturkan data menunjukkan dari 365 Sekolah Dasar (SD) yang ada di Pekanbaru, hanya 30 ribuan saja muridnya yang mengikuti pelajaran keagamaan. Sementara murid SD ada ratusan ribu.
"Sekitar 70 ribuan murid SD di Pekanbaru tidak memilih pelajaran agama sebagai ekstrakurikuler," katanya.
Ia menjelaskan, para orangtua saat ini sepertinya lebih cenderung memasukkan anak mereka belajar ilmu umum, tidak mengimbanginya dengan ilmu agama.
Walau disekolah ada mata pelajaran agama, namun itu terbatas karena hanya disajika dua jam saja.
"Sementara ilmu umum selain dipelajari lebih lama, diluar jam sekolah juga masih ditambahkan melalui les yang diberikan," paparnya.
Padal sumber dari segala ilmu itu adalah agama. Menurut dia, hal ini menjadi sebuah Pekerjaan Rumah (PR) baginya bagaimana agar generasi bangsa khususnya warga diwilahnya akan dibagun jika para orang tua tidak beminat memasukkan anak mereka untuk mempelajari agama.
Sementara pendekatan masyarakat metropolitan yang madani sesuai visi Pekanbaru, serta generasi Indonesia yang berkarakter, akan lebih mudah dilakukan melalui ilmu agama sejak anak berada di Sekolah Dasar.
"Agama penuh dengan etika apapun agamanya pasti mengajarkan itu," tegasnya.
Ia yakin tidak ada agama yang mengajarkan hal-hal yang melanggar, memecah belah, justru menjadikan masyarakat yang taat hukum, disiplin, toleransi, bergotong royong. Karena itu ia menghimbau, para orangtua agar mulai memikirkan porsi pembelajaran agama dan ilmu umum bagi anak mereka sejak dini.
"Masukkanlah sekolah keagamaan sebagai ekstrakurikuler anak," sarannya