Senin 06 Apr 2015 15:41 WIB

Ini Dua Otak Serangan di Kampus Garissa Kenya

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ilham
Polisi Kenya berjaga di depan Universitas Garissa, Sabtu (4/4)
Foto: reuters
Polisi Kenya berjaga di depan Universitas Garissa, Sabtu (4/4)

REPUBLIKA.CO.ID, GARISSA -- Mohamed Mohamud atau yang dikenal dengan nama alias Dulyadin dan Gamadhere ditetapkan sebagai dalang dalam serangan teror di Universitas Garaissa, Kenya, Kamis (2/4) waktu setempat.

Hal itu diungkapkan Kementerian Dalam Negeri Kenya melalui akun jejaring sosial, Twitter. Bahkan, pemerintah menjanjikan sejumlah uang untuk informasi terkait Mohamud. Tak tanggung-tanggung, 20 juta shilling Kenya atau setara dengan 215 ribu dolar menjadi hadiah dari pemerintah tersebut.

"Kami menyerukan kepada siapa pun yang memiliki info tentang #Gamadhere untuk memberi tahu ke pihak berwenang yang relevan dan badan kemanan yang ada," tulis Kemendagri seperti diberitakan CNN edisi Senin (6/4).

Mohamud bertanggungjawab atas operasi eksetrnal terhadap Kenya, sebab ia merupakan komandan regional Al-Shabaab yang bertanggungjawab atas wilayah Juba. Dalam perannya ini, ia memerintahkan milisi di sepanjang perbatasan melakukan serangan, terutama di lintas perbatasan.

Jaringannya kian meluas hingga kamp pengungsi Dadaab. PBB menyebut, Dadaab merupakan kamp pengungsi terbesar dunia, rumah bagi ribuan orang yang terletak di provinsi timur laut Kenya, dekat dengan Somalia.

Pada Ahad (5/4), Kemendagri Kenya juga mengidentifikasi teroris lainnya yang terlibat dalam serangan di Garissa University College, yakni Abdirahim Abdullahi. Menariknya, Abdullahi merupakan anak dari seorang pejabat kepala pemerintahan di Mandera, Kenya Utara, Abdullahi Daqare. Namun, Daqare mengaku bila aanaknya hilang.

Abdullahi lulus pada 2013 dari sekolah hukum di Universitas Nairobi. Ia kemudian bekerja untuk sebuah bank selama dua bulan, sebelum akhirnya menghilang."Saya telah menerima laporan dari orang-orang yang menemukan informasi di internet bila anak saya adalah salah satu teroris," katanya.

Ia mengaku sejak hilangnya Abdullahi, tidak pernah ada kontak apa pun dengan anaknya tersebut. "Saya benar-benar menyerah pada dirinya," kata dia.

Sementara itu, para kerabat dari korban tewas di Garissa mulai berdatangan pada Minggu (5/4) waktu setempat untuk mengidentifikasi mereka. Seperti diketahui, sebanyak 147 orang tewas dalam serangan Al-Shabaab tersebut. Serangan itu sekaligus menjadi serangat terbesar sejak peristiwa pemboman pada 1998 silam yang menewaskan 224 orang.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement