Sabtu 11 Apr 2015 01:00 WIB

Kader: Mega Sering Ingatkan Soal 'Penumpang Gelap'

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berbicara saat mengumumkan susunan pengurus DPP PDIP pada Kongres IV PDI Perjuangan di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali, Jumat (10/4). (Republika/Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berbicara saat mengumumkan susunan pengurus DPP PDIP pada Kongres IV PDI Perjuangan di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali, Jumat (10/4). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR-- Ketua Dewan Perwakilan Cabang (DPC) PDI-P Pasaman Barat, Sumatra Barat, Risnawanto mengatakan Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri sudah sering mengingatkan kader mengenai keberadaan penumpang gelap dalam pemerintahan.

Menurutnya, bukan hanya pada momen kongres saja orang nomor satu di partai banteng moncong putih itu menyampaikan pesan tersebut. "Sebagai kader, kami menilai pidato Bu Mega bagus. Soal keberadaan 'penumpang gelap,' bukan hari ini saja diingatkan oleh beliau," kata Risnawanto dijumpai Republika di Sanur, Denpasar, Jumat (10/4).

Mantan wakil bupati yang kini menjadi anggota DPRD Pasaman Barat itu menilai Megawati bukan hanya mengkritik individu Joko Widodo, melainkan lebih kepada kinerjanya. Misalnya, presiden berkewajiban mewujudkan visi misi yang dijanjikan kepada masyarakat pada saat kampanye pemilihan umum presiden tahun lalu.

"Presiden juga perlu berhati-hati menjalankan roda kabinet. Terkadang ada yang memanfaatkan situasi dan kondisi untuk kepentingan kelompok tertentu," ujarnya.

Risnawanto menambahkan pidato Megawati juga mempersilakan pihak manapun untuk memanfaatkan segala potensi yang ada di negara ini, namun sepenuhnya untuk kepentingan rakyat, bukan kelompok.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement