Selasa 14 Apr 2015 10:38 WIB

Khalid bin Walid, Sang Kesatria Rasulullah (3-habis)

Rep: c 24/ Red: Indah Wulandari
Khalid bin Walid (ilustrasi)
Foto: youtube
Khalid bin Walid (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,Pada masa kanak-kanaknya, Khalid bin Walid terlihat menonjol di antara teman-temannya. Dia sanggup merebut tempat istimewa dalam hati rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy.

Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan penganut-penganut Islam. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya.

Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri di terdepan dalam penggempuran terhadap kepercayaan baru ini. Hal ini sudah wajar dan seirama dengan kehendak alam.

Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran.

Kekalahan kaum Quraisy di dalam perang Badar membuat mereka merasa terhina. Dengan segera, mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi di Badar.

Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu, dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud.

Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.

Nabi Muhammad SAW menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Beliau memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.

Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi, mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahan-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini, hati mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang Islam.

Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi, Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang menentukan.

Dengan kecepatan yang tak ada taranya, Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam di pusat pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang.

Melihat bakat gemilang tersebut, tak heran ketika Khalid bin Walid memeluk Islam, Rasulullah sangat bahagia. Karena Khalid diyakini mampu membela Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad.

Dalam banyak kesempatan peperangan Islam, Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya. Betapapun hebatnya Khalid bin Walid di dalam medan pertempuran, dengan berbagai luka yang menyayat badannya, namun ternyata kematian menjemputnya di atas ranjang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement