Rabu 15 Apr 2015 13:00 WIB

Primus ke Pertamina: Kalau di Cina, Anda Ini Sudah Dipancung

Rep: C85/ Red: Ilham
Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PAN Primus Yustisio.
Foto: Antara
Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PAN Primus Yustisio.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VI DPR, Primus Yustisio mengritisi PT Pertamina terkait penentuan harga BBM. Primus menyesalkan sikap Pertamina yang seolah lepas tangan akan penentuan harga BBM.

Anggota Fraksi Partai Amanat Nasional itu mengatakan, jika kasus seperti ini terjadi di Cina, maka seharusnya para direksi Pertamina sudah dipancung. "Kalau di Cina, Anda ini sudah dipancung karena merugikan rakyat. Harusnya Pertamina ini ada beban moril pada rakyat," kata Primus saat Rapat Dengar Pendapat bersama dengan Pertamina, Rabu (15/4).

Dia menilai, Pertamina meski hanya sebagai operator, memiliki tanggung jawab moril terhadap rakyat untuk ikut memberikan masukan kepada pemerintah.

"Nenek-nenek juga tahu yang tentukan harga BBM itu pemerintah. Memang Anda ini bukan bagian dari pemerintah? Tidak bisa berikan masukan? Mestinya bisa berikan masukan. Saya katakan sekali lagi anda ini sudah dzolim," jelas Primus,

Menanggapi kritik pedas dari Primus, Direktur Utama Pertamina Dwi Sucipto berkelit bahwa Pertamina dan pemerintah memiliki beban tanggung jawab masing-masing. Dia mengklaim tidak mengesampingkan daya beli masyarakat.

"Sekali lagi bahwa apa yang sudah kami lakukan, bahwa pemerintah telah tentukan harga sudah perhatikan kemampuan masyarakat dan itulah yang buat kami dalam dua bulan pertama ini rugi," ujar Dwi.

Pernyataan Primus ini adalah kelanjutan dari kritik kerasnya pada pekan lalu. Pekan lalu, Primus juga memberikan kritik yang serupa dan mengatakan bahwa pertamina dianggap tidak berpihak pada rakyat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement