Sabtu 18 Apr 2015 16:16 WIB

Kisah di Balik Patung Jenderal Soedirman yang Berdiri

Rep: C21/ Red: Ilham
Patung Jenderal Soedirman di Pacitan.
Foto: Republika/Prayogi
Patung Jenderal Soedirman di Pacitan.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Patung Jenderal Soedirman selalu berdiri tegak dengan pedang katana di sebelah kirinya. Dengan pakaian seperti tentara Jepang, dia berdiri tegak tepat menghadap arah gerbang seperti sedang mengawasi sesuatu, atau menjadi simbol di dalam museum Pembela Tanah Air (PETA) sendiri.

Posisinya tepat berada di ujung museum yang berada di plataran monumen yang tertulis nama-nama para tentara PETA yang mengukir prestasi mereka dengan jiwa dan raga. Daftar nama memang bisa berkarat, namun semangat akan terus hidup di dalam perjalanan bangsa Indonesia yang tak pernah layu dari zaman yang kian maju. Soedirman sosok yang berdiri di sana, sebagai pemimpin dengan simbol sebuah patung.

Namun, tidak bayak yang tahu kenapa patung Soedirman berdiri. Menurut pendapat pribadi penata pemandu museum PETA, Cucu Nuris (31), sosok Soedirman dalam monumen di museum PETA adalah profil saat Soedirman menjadi Daidancho PETA, dari tahun 1943 sampai 1945. Kemudian secara kebetulan dalam perjalanan sejarah bangsa, Soedirman menjadi figur teladan dan icon TNI. Salah satunya karena dia terpilih sebagai panglima Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang pertama dan sekarang berubah nama menjadi TNI.

Artinya, patung Soedirman di monumen PETA mempunyai konteks tertentu, yakni ketika dia sebagai Daidancho PETA, sebelum Soedirman ikut berjuang di masa Perang Kemerdekaan. Sebelum dia terpilih dan dilantik sebagai panglima TKR.

Adapun, patung saat Soedirman ditandu adalah ketika terjadinya Perang Kemerdekaan, tepatnya saat memimpin perang gerilya akibat agresi militer Belanda yang kedua terhadap Ibu Kota RI (Yogyakarta). Ketika itu, Soedirman harus mengabaikan sakit yang membuatnya harus terus terbaring demi tanggung jawab terhadap amanah sebagai panglima TKR.

Cucu juga menjelaskan perbedaan penamaan periodisasi perang dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Khususnya, masa sebelum dan setelah proklamasi dilihat dari latar belakang, tujuan, dan maknanya.

Latar Belakang penamaan perang, yaitu alasan yang melatari terjadinya perang. Sedangkan tujuan, dimaksudkan untuk mencapai sasaran yang diinginkan oleh pemerintah, baik secara militer, diplomatis, maupun politik internasional. Terakhir adalah makna yang berarti untuk apa perang ini dilakukan serta nilai kejuangan yang terkandung di dalamnya. Akhirnya masyarakat bisa mengambil pelajaran dari memori para pejuang tersebut.

Periode Perang Kemerdekaan dalam sejarah Indonesia terkurung dalam waktu antara bangsa Indonesia berjuang mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945 dan pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement