Ahad 19 Apr 2015 13:43 WIB

Menteri ESDM: Nuklir Bukan Pilihan Terakhir

Rep: Sonia Fitri/ Red: Agung Sasongko
Fusi Nuklir (ilustrasi)
Foto: VOA
Fusi Nuklir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nuklir disebut-sebut sebagai sumber energi priortas yang tengah dikembangkan secara serius oleh pemerintah dalam waktu dekat. Hal tersebut diutarakan langsung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said dalam wawancara khusus dengan ROL pekan ini.

“Nuklir itu jangan jadi pilihan terakhir, tapi ia visible dikembangkan,” katanya.

Di zaman terbuka saat ini, kata dia, di mana teknologi semakin maju di tengah persediaan bahan bakar fosil yang menipis, pengembangan nuklir menjadi mutlak. Terlebih, saat ini pengembangan nuklir sudah memasuki generasi ketiga di mana tingkat keamanannya telah tinggi dengan zero waste.

Mendampingi Menteri, Plt. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana menjelaskan secara lebih terperinci. Dikatakannya, bukan saatnya lagi tabu membicarakan nuklir, atau begitu saja menuding nuklir identik dengan bom. Sebab dengan teknologi yang berkembang, nuklir sama sekali tidak berbahaya bahkan menghasilkan energi listrik yang jauh lebih besar.

“Kita ada yang namanya international atomic energi agency, itu yang mengatur masalah persyaratan dan apa saja yang diperlukan suatu Negara pada saat ingin membangun PLTN,” kata dia.

Di dalam ketentuannya yang berjumlah 19 persyaratan, Indonesia telah memenuhi semuanya kecuali dua yakni pernyataan dari pimpinan tertinggi untuk menyatakan “Go Nuklir” yang sebenarnya sudah sempat digaungkan oleh Presiden Soekarno dulu. Serta persyaratan kedua yakni sosialisasi kepada masyarakat.

Dikatakanya, setiap ada rencana pembangunan atau pengembangan teknologi baru, tantangan terbesar dan yang paling utama yakni ancaman resistensi dari masyarakat. Makanya, ia mengimbau agar masyarakat tak lantas mengidentikkan nuklir dengan bom atau pengundang bencana. Sebab dengan seperangkat teknologi, potensi tersebut bisa tercegah.

Pemerintah dan BATAN, kata dia, menargetkan membangun satu pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dalam jangka waktu delapan hingga sepuluh tahun. “Satu unit kapasitasnya 1 hingga 1,4 Giga Watt atau sekitar seribu Mega Watt,” katanya. adapun lokasi pembangkit yakni di Bangka Belitung dan Muria.

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement