REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Para Wali Kota dari negara-negara Asia Afrika melangsungkan diskusi panel selama dua hari untuk membahas Smart City. Untuk menegaskan komitmen agar pertemuan tersebut tidak berakhir begitu saja, deklarasi terkait smart city resmi disahkan dan disetujui oleh para peserta.
General Chairman Asia Africa Smart City Summit (AASCS) 2015 Suhono H. Supangkat menyatakan ada lima poin dalam Bandung Declaration on Smart Cities. Kota-kota yang menghadiri AASCS 2015 diminta untuk memegang teguh kelima poin dalam deklarasi terkait smart city ini.
Poin pertama dalam deklarasi tersebut ialah mendorong komitmen dalam menyembangkan dan membangun model smart city dengan saling berbagi pengetahuan, manajerial dan teknologi khususnya oleh para pemerintah daerah, akademisi, pelaku bisnis, industri dam komunitas-komunitas di Asia Afrika.
Poin kedua dalam deklarasi terkait smart city ini menyoroti perihal sistem yang ramah lingkungan. Poin ini menekankan agar setiap pihak dapat berkonsentrasi dalam menciptakan sistem yang ramah energi, pelayanan publik yang baik, sekaligus penggunaan sumber energi yang terbarukan.
"Karena, bagaimana bisa menjadi smart kalau tidak ada energi," lanjutnya.
Poin ketiga dalam deklarasi ini mengajak agar tiap pihak dapat berinvestasi dalam pengembangan masyarakat yang cerdas melalui pendidikan dan kesehatan yang lebih baik. Sedangkan poin keempat mendorong pemanfaatan ekonomi cerdas sekaligus memberi dukungan bagi generasi muda yang cerdas untuk meningkatkan kreativitas dan kewirausahaan.
Dalam poin kelima, deklarasi ini menekannkan agar tiap-tiap kota yang terlibat dapat terus melanjutkan jaringan dan kemitraan yang kolaboratif. Adanya jaringan dan kemitraan yang kolaboratif terkait smart city ini dapat dimanfaatkan untuk mengadvokasi pembangunan smart city. Karena itu, para peserta yang terlibat sepakat untuk membentuk Aliansi Asia Afrika Smart City. Pembentukkan aliansi itu sendiri berawal dari usulan Prof Tosio dari Jepang.