REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Slamet Effendy Yusuf mengatakan negara-negara Asia dan Afrika harus bisa memberikan pandangan realistis kepada Palestina bahwa penyelesaian konflik dengan Israel harus dimulai dengan saling mengakui.
"Penyelesaian konflik dan kemerdekaan Palestina tidak bisa diraih pada titik nol. Palestina dan Israel harus saling mengakui, tetapi penentuan batas negara harus disikapi secara adil," kata Slamet Effendy Yusuf dihubungi dari Jakarta, Jumat (24/4).
Namun, Slamet mengatakan dari sisi Israel hal itu memang cukup sulit terjadi karena Israel sudah tidak lagi malu-malu dan justru terang-terangan mencaplok wilayah Palestina. Karena itu, negara-negara Asia-Afrika harus bisa memberikan dukungan secara konflik, misalnya dalam bentuk diplomasi multilateral supaya dunia mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Palestina.
"Saat ini PBB pun sudah mengakui Palestina, hanya tinggal negara-negara kunci seperti Amerika Serikat yang belum," ujarnya.
Menurut Slamet, pernyataan dukungan Asia-Afrika kepada Palestina seharusnya bisa membuka mata Amerika Serikat bahwa dunia saat ini sudah berubah. Dunia sudah tidak bisa lagi dijejali informasi bahwa Amerika Serikat tidak terlibat dalam konflik di Israel-Palestina, bahkan jelas-jelas melindungi Palestina.
"Semua mata dunia sudah terbuka dan melihat bahwa Amerika Serikat telah berlaku tidak adil kepada Palestina, bahwa Amerika Serikat telah bertindak diktator untuk kepentingannya sendiri," tuturnya.
Slamet mengatakan negara-negara Asia Afrika juga harus bisa melakukan diplomasi ke peradilan internasional untuk mengadili penjahat-penjahat perang yang telah membantai rakyat Palestina. Selain itu, negara-negara Asia Afrika yang sudah memiliki perekonomian maju dan kuat juga harus bersedia memberikan bantuan ekonomi kepada Palestina, termasuk untuk kawasan Tepi Barat.