Ahad 26 Apr 2015 22:37 WIB
Konferensi Asia Afrika 2015

Negara-Negara Asia Afrika Pamer Kebudayaan di Festival of Nations

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah pengunjung berselfie ria di gambar Soekarno dan Nelson Mandela. Meski puncak perayaan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 telah usai namun kepadatan pengunjung masih terjadi di kawasan Gedung Merdeka, Jl Asia Afrika, Kota Bandung, Ahad (26/4).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Sejumlah pengunjung berselfie ria di gambar Soekarno dan Nelson Mandela. Meski puncak perayaan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 telah usai namun kepadatan pengunjung masih terjadi di kawasan Gedung Merdeka, Jl Asia Afrika, Kota Bandung, Ahad (26/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Euforia peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60 masih terasa di Bandung. Hari ini, delegasi negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika pamer kebudayaan mereka dalam Festival of Nations, Ahad (26/4).

Panggung yang menampilkan seni budaya negara-negara Asia Afrika tersebut terletak di Jalan Ir Juanda atau yang dikenal dengan Jalan Dago. Negara-negara yang pamer kebudayaannya lewat ajang ini antara lain Cina, Bangladesh, India, Korea Selatan, Thailand dan Mesir.

Delegasi Bangladesh misalnya, menampilkan tarian khas negara mereka yang dipadu dengan drama musikal. Adapun Korea Selatan memainkan musik tradisional mereka yang terdiri dari alat musik tabuh dan alat musik tiup yang mirip terompet. Sementara Mesir menampilkan tarian perut khas negeri piramid tersebut.

Selain kebudayaan dari negara Asia Afrika, pengunjung juga disuguhkan dengan penampilan kebudayaan dalam negeri, antara lain tarian khas Jawa Barat, Kediri dan Palembang.

Selain pertunjukan seni, sepanjang Jalan Dago juga berjejer stand-stand kebudayaan dari negara-negara yang berpartisipasi dalam KAA tahun ini. Pengunjung dapat belajar mengenai kebudayaan negara lain melalui stand tersebut.

Festival of Nations yang digelar sebagai salah satu acara pendukung Konferensi Asia Afrika 2015 mengangkat slogan 'Kulturasun' yang merupakan plesetan dari bahasa Sunda 'Sampurasun.' Sampurasun sendiri biasa digunakan sebagai kalimat sapaan oleh masyarakat Bandung.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement