Senin 27 Apr 2015 11:59 WIB

Inilah Hikmah Mengapa Rasulullah Memakai Cincin

 Penjual memeriksa salah satu cincin batu mulia yang dipasarkan di salah satu stan di Mangga Dua Square, Jakarta, Jumat (19/9).  (Antara/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Penjual memeriksa salah satu cincin batu mulia yang dipasarkan di salah satu stan di Mangga Dua Square, Jakarta, Jumat (19/9). (Antara/Martha Herlinawati Simanjuntak)

REPUBLIKA.CO.ID,Semula Rasulullah SAW memang enggan mengenakan cincin. Apalagi yang berbalut emas, jelas sangat dihindari. Pemakaian emas oleh kaum pria, dalam pandangan Islam, tidak diperbolehkan sebab dianggap menyerupai perempuan.

Atas permintaan para sahabat, seperti yang dinukilkan dari riwayat hadis riwayat Bukhari dan Muslim, akhirnya Rasul mulai berkenan mengenakan cincin yang berbahan perak. Sebab, tradisi para pemimpin negara ketika itu mereka memakai cincin, selain bentuk status sosial juga berfungsi sebagai stempel. Mulai saat itulah, Rasul gemar memakai cincin.

 

Berbagai upaya dilakukan untuk menguak rahasia dan hikmah di balik kegemaran Rasul itu. Salah satunya seperti yang tertuang dalam Fatawa Ibn Hajar al-Haytami al-Kubra. Buku ini mengutip beberapa dalil dari hadis dengan beragam derajat kesahihannya, yang berbicara perihal manfaat sunah pemakaian cincin seperti yang dicontohkan Rasul.

Al-Haitami menjelaskan, misalnya, dalam titik tertentu penggunaan cincin itu bisa memicu keberkahan hidup dan menjauhkan diri dari kefakiran. Bukan karena batu cincin itu mampu mendatangkan nikmat atau bala, sama sekali bukan. Melainkan nilai estetika dan keindahan yang tersimpan menyimpan energi positif yang berpengaruh membangkitkan semangat dan gairah pemakainya.   

Barangkali energi positif di balik keindahan yang diciptakan oleh yang Mahaindah itulah, yang menjadikan batu yaqut warna kuning, begitu istimewa. Meski dalil hadisnya lemah, batu itu disebut-sebut bisa mencegah pemakainya dari penyakit sampar. Dengan demikian, tak heran bila Rasul menyukai batu cincin dari Afrika dan Yaman, karena keelokannya.   

Apa pun bentuk cincin yang dikenakan, selama memenuhi ketentuan syari’inya, pada dasarnya akan memancarkan energi dari keindahan yang dipancarkan. Energi tersebut tentu tidaklah muncul dengan sendirinya.

Energi datang dari Sang Mahapencipta keindahan. Keindahan itu hanya akan menguap begitu saja, bila terkotori dengan keangkuhan, kesombongan, dan ambisi duniawi dari sebuah cincin. Sebab, Allah itu indah dan mencintai keindahan. Karena Dia pulalah sejatinya pemilik dari segala keindahan yang ada di muka bumi.  

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement