Kamis 30 Apr 2015 13:31 WIB

Pesan Akbar untuk Tommy: Tak Gampang Berada di Pucuk Beringin

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Esthi Maharani
 Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjung menjawab pertanyaan pers usai melakukan kunjungan ke kediaman tokoh senior Golkar, B.J. Habibie di kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (15/12). (Republika/Agung Supriyanto)
Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjung menjawab pertanyaan pers usai melakukan kunjungan ke kediaman tokoh senior Golkar, B.J. Habibie di kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (15/12). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana kembalinya keluarga Soeharto untuk memimpin Partai Golkar terus menyeruak. Putra bungsu mantan presiden penguasa negeri 32 tahun itu, Tommy Soeharto dikabarkan siap untuk memimpin partai berlambang beringin tersebut.

Politikus senior Partai Golkar Akbar Tanjung mengingatkan, tak gampang bagi siapapun untuk berada di 'pucuk beringin'.

"Golkar itu ada aturan-aturannya, kalau memang berminat jadi pimpinan Golkar boleh-boleh saja, tapi harus melalui mekanisme munas," kata dia di gedung KPK, Kamis (30/4).

Wacana agar Tommy memimpin Golkar muncul di tengah kekisruhan partai yang tak kunjung berkesudahan. Adanya dualisme kepemimpinan di tubuh beringin melahirkan ide-ide penyelamatan. Sebagai trah Soeharto, Tommy dianggap sebagian pihak mampu menengahi polemik yang terjadi.

Menurut Akbar, usulan Tommy untuk menggelar munas rekonsiliasi atau islah bisa dipertimbangkan. Sebab, hal itu tidak memakan waktu lama. Golkar, kata dia, membutuhkan persiapan untuk menghadapi pilkada serentak beberapa bulan ke depan.

Jika harus menempuh jalur hukum, lanjut mantan ketua DPR ini, maka akan memerlukan waktu yang tak singkat. Usulan Tommy, kata Akbar, untuk mengadakan munas gabungan dari kedua kubu sejalan dengan usulan dewan pertimbangan partai hasil Munas Riau yang dipimpinnya.

"Menurut kami langkah yang paling tepat dan secara organisasi bisa dipertanggungjawabkan secara kuat, yaitu melalui munas islah atau munas gabungan. Karena /nggak/ ada munas resmi, jadi munas luar biasa," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement