REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Masih maraknya pekerja di bawah umur (anak-anak) membuat Walikota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto angkat bicara. Dia mengatakan sedang bernegosiasi dengan puluhan lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk menggandeng mereka dalam menanggulangi permasalan tersebut.
Pria yang akrab disapa Danny Pomanno ini menjelaska, untuk mengatasi berbagai penyakit sosial terutama yang melibatkan anak di bawah umur bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi memerlukan koordinasi dan peran aktif dari semua elemen masyarakat.
"Kita harus buat konsep terpadu menangani persoalan ini karena apa yang terjadi dengan anak-anak kita itu berkaitan erat dengan berbagai problem sosial yang mereka alami," ucap Danny, Jumat (1/5).
Maka, dia berencana membentuk tim terpadu antara LSM dan pemerintah kota serta mengintruksikan agar segera dibuatkan desk pembagian tugas masing-masing. Hal ini agar lebih jelas jelas tugas pokok dan funsi yang harus diemban masing-maaing pihak.
Berbagai penyakit sosial lainnya di Makasaar juga menjadi perhatian besar pemerintah kota Makassar. Beberapa kasus sosial banyak melibatkan anak-anak ramai terjadi di Makassar seperti geng motor, Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA), Anak Jalanan, Waria bahkan hingga Porstitusi.
Menurut laporan LSM Yayasan Pengkajian Pemberdayaan Masyarakat (YKPM), terdapat sekitar 150 tempat hiburan malam di Makassar yang rata-rata mempekerjakan satu PSK anak di bawah umur. Pekerja di bawah umur ini terjun dalam pekerjaan negatif bukan hanya karena memerlukan uang. Adanya stigma negatif serta label sosial dari masyarakat terhadap mereka, terkadang membuat anak-anak tersudut dan terjun dalam perbuatan tersebut.
"Maka kita harus mengembalikan mereka semua ke rumah dan sekilah di mana tempat tersebut seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak," ucap salah seorang penggiat LSM, Mulyadi Pryitno.
Selain mengharapkan anak-anak untuk mengikuti sekolah seperti biasa, LSM YKPM pun siap memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan keterampilan khusus bagi anak-anak yang tidak bisa bersekolah. Dan berharap mereka tidak akan lagi terjun sebagai pekerja anak meski sudah memiliki keterampilan bekerja.