REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu mendesak pemerintah menghentikan segala bentuk eksploitasi di Pulau Tikus. Walhi menyebut, eksploitasi masif telah membuat daratan pulau seluas 0,65 hektare itu terancam hilang.
"Penyusutan Pulau Tikus dari dua hektare menjadi 0,65 hektare seharusnya menjadi peringatan betapa kritis kondisi pulau itu," kata Manajer Advokasi Walhi Bengkulu, Sony Taurus, Sabtu (9/5).
Ia mengatakan, eksploitasi di sekitar Pulau Tikus termasuk kegiatan bongkar muat batu bara dari kapal tongkang ke kapal besar di sekitar perairan pulau itu. Kegiatan itu sudah ditentang oleh sejumlah aktivis lingkungan demi penyelamatan pulau tersebut. Penghentian aktivitas bongkar muat batu bara sudah dilakukan pemerintah daerah.
"Tapi informasi yang kami terima bongkar muat kembali aktif, ini berarti tidak ada kesadaran tentang kondisi kritis pulau itu," tambahnya.
Kegiatan Hari Bumi pada April 2015 yang dipusatkan di Pulau Tikus menurut Sony sebagai bentuk kampanye para aktivis lingkungan untuk menyerukan penyelamatan pulau berjarak 10 kilometer dari daratan Kota Bengkulu itu. Pulau Tikus yang ditopang terumbu karang seluas 200 hektare merupakan ekosistem strategis untuk kehidupan bawah laut dan daratan.
"Termasuk upaya mitigasi bencana karena Bengkulu termasuk daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami, terumbu karang ini berperan penting," kata dia.