REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar politik sejarah Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi beranggapan, tugas Kerajaan Mataram Jawa hingga Kesultanan Mataram Islam, dalam hal ini Keraton Yogyakarta dari semenjak awal berdirinya sampai dengan kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono adalah untuk mengharmoniskan hubungan antara tradisi Jawa dan ajaran Islam.
Dia merujuk pada tulisan sejarawan kontemporer Australia, MC Ricklefs pada 2012, dan beberapa karyanya tentang sejarah kerajaan Islam di Jawa. Menurut Airlangga, basis legitimasi dari otoritas kerajaan Mataram Jawa yang dibangun semenjak masa Sultan Agung sampai dengan Sultan Hamengkubuwono adalah melakukan keseimbangan dua budaya.
"Harmonisasi antara menjadi Jawa dan menjadi Islam," jelas Airlangga dalam akun Facebook-nya, Ahad (10/5).
Kandidat PhD Asia Research Center Murdoch University, Australia tersebut menyatakan, bahwa antara ajaran Islam dan tradisi Jawa di bawah kekuasaan kerajaan Mataram Jawa tidaklah saling menonjolkan satu sama lain. Kerajaan Mataram berusaha menyatukan antara keduanya. Dari peran tersebut, menjadi penyebab diberikanya gelar sultan dengan Sayidin Panatagama Khalifatullah ing Tanah Jawi.
"Kedua hal di atas tidak saling menegasikan, namun saling menyatu sebagai manusia Jawa. Itulah mengapa Sultan diberi gelar Sayidin Panatagama Khalifatullah ing Tanah Jawi," tambahnya.