Rabu 13 May 2015 07:52 WIB

Ibu Korban Kerusuhan Mei 98 Tetap Menangis Setiap ke Mal Klender

Rep: C17/ Red: Bayu Hermawan
Seorang aktivis mengabadikan mural pelanggaran HAM ketika peresmian mural Prasasti Tragedi Trisaksti dan Mei 1998 di kawasan Jalan Pemuda, Jakarta Timur, Senin (12/5).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Seorang aktivis mengabadikan mural pelanggaran HAM ketika peresmian mural Prasasti Tragedi Trisaksti dan Mei 1998 di kawasan Jalan Pemuda, Jakarta Timur, Senin (12/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- 17 tahun sudah tragedi Mei 1998 berlalu, namun hingga kini luka dan trauma mendalam akibat kejadian tersebut masih bermuara bagi keluarga yang menjadi korban dalam tragedi berdarah itu.

Salah satunya adalah Maryasanu, yang anaknya tewas dalam kerusuhan itu di Yogya Departement Store (sekarang Mall Klender). Bahkan Maryasanu mengaku meski telah 17 tahun berlalu, namun ia tetap tak mampu menahan air mata apabila melewati lokasi kejadian.

"Rasa trauma masih ada, biarpun sudah tujuh belas tahun berlalu, ibu masih gak sanggup kalau diajak masuk ke dalam tempat ini," katanya.

"Sampe sekarang saya merasa masih belum puas. Karena jasad anak saya masih belum bisa ditemukan," ujarnya.

Hal yang sama dirasakan oleh Kusmawati, yang juga kehilangan anak pertamanya akibat kerusuhan Mei 1998.

"Masih sedih jika mengingat wajah anak saya. Saya masih terus kebayang-bayang sampai sekarang. kalau saja dia hidup sekarang dia sudah dewasa dan bisa membahagiakan saya serta keluarga," jelasnya.

Dalam kesedihan Kusmawati masih mencoba menceritakan secara detail kejadian 17 tahun lampau, khususnya saat ia menemukan jasad sang anak yang sudah tak bernyawa.

"Waktu itu saya disini sampai malam, meminjam senter dan petromak untuk mengenali jasad anak saya. Mungkin naluri seorang ibu, saya merasa seperti dipanggil oleh anak saya dan diarahkan ke tempat jasadnya. Saat itu saya langsung tersentak menangis dan badan bergemetar secara spontan," ujarnya sambil menahan tangis.

Kusmawati juga mengatakan, sampai saat ini dia dan para keluarga korban lainnya pada hari Kamis (Kamisan) di tiap pekannya rutin mengirimkan surat kepada Presiden RI. "Sejak awal kepemimpinan SBY sampai saat ini, setiap Kamis, kami para keluarga korban tidak pernah putus mengirimkan surat kepada pak Presiden," katanya.

Para keluarga korban Tragedi Mei 98' juga menyelipkan harapan pada setiap surat-surat yang dia buat. Salah satu diantaranya adalah masih berharap pemerintah sanggup mengungkap dalang kasus kerusuhan pada Mei 17 tahun silam.

"Sampai saat ini harapan saya adalah semoga presiden saat ini mampu mengusut tragedi Mei, dan mengungkapkan kebenaran yang ada, tidak teruntai-untai seperti ini," tandasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement