Kamis 21 May 2015 16:56 WIB

Bantuan Internasional Penanganan HIV/AIDS Ditarik

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Dwi Murdaningsih
Statistik HIV AIDS di Indonesia
Statistik HIV AIDS di Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Bantuan internasional dari Global Fund (GF) untuk penanganan HIV/AIDS akan dihentikan pada Juli 2015. Kebijakan ini dinilai akan berdampak besar pada upaya penanganan HIV/AIDS yang dilakukan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Sukabumi.

"Lembaga GF menghentikan bantuan dana karena kerjasama telah berakhir," ujar Sekretaris KPA Kota Sukabumi Fifi Kusumajaya, Kamis (21/5).

Padahal, selama tiga tahun terakhir lembaga internasional tersebut telah memberikan dana yang cukup untuk membantu penanganan HIV/AIDS.GF kata Fifi, dikenal sebagai lembaga internasional yang memberikan dana hibah untuk penanganan sejumlah penyakit. Di antaranya penyakit TBC, malaria, dan HIV/AIDS.

GF bersama dengan Pemkot Sukabumi memberikan dana untuk pengobatan para pengidap HIV/AIDS. Di mana, para penderita dibebaskan dari biaya pengobatan tersebut. Rata-rata biaya pengobatan untuk pengidap HIV/AIDS mencapai sekitar Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta per bulan."Sehingga pascadihentikannya bantuan GF, kami meminta pemkot untuk memberikan dukungan pendanaan," ujar Fifi.

Khususnya, untuk biaya pengobatan para penderita. Selain itu untuk kegiatan operasional KPA.Pasalnya ungkap Fifi, dari sebanyak enam staf di KPA Sukabumi baru dua orang yang mendapatkan penggajian dari APBD. Sementara empat orang lainnya mengandalkan bantuan dari lembaga donor GF.Di sisi lain ujar Fifi, alokasi dana untuk penanganan HIV yang diberikan Pemkot Sukabumi dinilai masih kurang.

Pada 2015 ini dana yang dikucurkan pemerintah hanya sebesar Rp 100 juta. Ke depan, KPA berharap anggaran yang dikucurkan pemkot akan lebih meningkat dibandingkan sebelumnya.Fifi mengungkapkan, bila bantuan dari GF dihapus maka akan berdampak pada beberapa kegiatan yang terpaksa akan dihentikan. Pasalnya, dana kegiatan yang bersumber dari APBD tidak bisa dialihkan untuk program yang lain.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement