REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi demontrasi ribuan mahasiswa di depan Istana Negara pada peringatan Hari Kebangkitan Nasinal 20 Mei yang nyaris berujung ricuh merupakan bentuk gerakan moral dari kalangan kampus atas kondisi bangsa yang saat ini memperihatinkan.
Aksi ini tidak mungkin dibungkam oleh Istana karena merupakan gerakan moral dari kaum terpelajar. “Bagi yang masih punya idealisme dan rasa perjuangan yg mendalam tentang kondisi Indonesia saat ini, seharusnya memang ikut turun membantu atau setidaknya memberikan dukungan moril kepada gerakan mahasiswa,” ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Ferry Juliantono, dalam siaran persnya, Kamis (21/5)
Menurut Ferry, demonstrasi yang terjadi saat ini bisa jadi merupakan embrio perlawanan rakyat kepada penguasa , mengingat kondisi saat ini yang sangat memperihatinkan, terutama masalah kesulitan ekonomi dan masih banyaknya ketidakadilan yang melanda kehidupan rakyat. “Pemerintah harus sungguh sungguh memperhatikan masalah tersebut. Jangan malah solusinya rakyat disuruh makan beras plastik,”kata Ferry.
Seperti diketahui, aksi demontrasi ribuan mahasiswa di depan Istana Negara nyaris berujung ricuh. Ribuan mahasiswa dan aparat keamanan sempat saling dorong ketika massa mencoba menarik kawat berduri dan membakar ban bekas. Untuk mengamankan aksi ribuan mahasiswa dari beberapa elemen yang memenuhi ruas Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat ini, sebanyak 2.500 personel polisi dikerahkan.
Sejumlah elemen mahasiswa yang turun ke jalan diantaranya dari HMI, IMM, UBK, Stibang Islam, Universitas Ibnu Khaldun dan lain-lain yang tergabung dalam Koalisi Pergerakan Mahasiswa Indonesia (KPMI). Akibat aksi ini, polisi terpaksa menutup Jalan Medan Merdeka dan mengalihkan kendaran berbelok ke Jalan Veteran.
Saat berdemo, mereka menyuarakan kritik terhadap pemerintahan Jokowi-JK yang tak kunjung mampu mengatasi penderitaan rakyat. Seperti kenaikan harga-harga, sumber daya alam yang tersia-siakan, dan penegakkan hukum yang masih carut-marut.