Jumat 22 May 2015 20:01 WIB

Mengunjungi Perpustakaan Unik di Berbagai Penjuru Dunia

Red:
 Perpustakaan di Muyinga, Burundi, khusus bagi anak-anak yang tuna rungu.
Foto: Carchitects and Studies, Alex Johnson.
Perpustakaan di Muyinga, Burundi, khusus bagi anak-anak yang tuna rungu.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Seorang jurnalis asal Inggris, Alex Johnson baru saja menulis sebuah buku yang isinya bercerita tentang perpustakaan unik dan 'hampir tidak mungkin' terpikirkan untuk dibuat dari berbagai negara.

Dalam wawancaranya bersama program Late Night Live di ABC Radio National, Alex Johnson mengatakan ia masih melihat adanya beberapa orang yang tetap berusaha menjadikan membaca buku tetap menjadi kegemaran.

"Saya rasa banyak tempat-tempat yang dibahas dalam buku saya ini berbasiskan komunitas," ujar Johnson baru-baru ini.

"Ketika ada kekhawatiran ekonomi dan politik bagaimana perpustakaan tradisional beroperasi, ada beberapa orang yang tertarik dan memastikan keberadaan tempat-tempat dimana orang-orang masih bisa membaca."

Misalnya saja sebuah perpustakaan di stasiun kereta bawah tanah yang ada di Santiago, Cile. Perpustakaan ini dibuat pada tahun 1996. Para pengguna kereta dan pejalan kaki bisa mengambil buku di satu stasiun dan mengembalikkannya di stasiun lain. Bisa dikatakan ini menjadi perpustakaan umum terbesar di Amerika Serikat.

Sementara di Sao Paulo, Brazil, para penumpang taksi bisa menemukan buku-buku di belakang kursi sopir. Untuk meminjam buku, mereka diharuskan mengisi detail dan informasi di sebuah buku yang telah disediakan. Buku ini bisa dikembalikan di taksi-taksi lainnya. Salah satu toko buku terbesar Saraive telah menyumbangkan lebih dari 80.000 buku dan diperkirakan ada lebih dari 50.000 taksi yang menawarkan jasa perpustakaan keliling tersebut.

Konsep perputskaan keliling juga diterapkan di Mongolia. Di negara yang berbatasan dengan Rusia ini, sebuah perpustakaan berkeliling membawa buku-buku khusus anak-anak di atas unta. Mereka mencoba untuk menggapai komunitas nomaden, atau yang berpindah-pindah, di kawasan gurun Gobi. Dengan adanya perpustakaan keliling ini diharapkan bisa mendorong kegemaran buku di kalangan anak-anak.

Sementara itu, Johnson menceritakan bahwa perpustakaan kecil kini telah berkembang di kawasan Eropa dan Amerika Serikat.

Ia menceritakan bagaimana sebuah pojokan telepon umum diubah menjadi perpustakaan. Ada pula kios, instalasi seni, bahkan kulkas, yang dijadikan tempat menaruh buku-buku dan warga bisa meminjamnya, selain juga mendonasikan buku-buku mereka.

"Mereka yang bekerja di perpustakaan sudah lama berhadapan dengan masalah jarak, ekonomi, bahkan politik, untuk menghadirkan tulisan dan buku-buku kepada audiens yang lebih luas," jelas Johnson. "Karenanya, mereka meneruskan reputasi ini, meski telah banyak perubahana bagaimana kita membaca dan berbagi buku di abad 21 ini. Yang pasti, orang-orang senang pergi ke perpustakaan," tambahnya.

Perpustakaan keliling dengan menggunakan sepeda yang dirancang khusus. Foto: Alex Johnson.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement