REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING-- Amerika Serikat bersikeras menerbangkan pesawat pengintainya di atas wilayah pulau reklamasi Cina. Sementara Cina terus melakukan peringatan untuk AS menjauh dari wilayah udara miliknya.
"Ini adalah angkatan laut Cina. Anda pergi!" kata operator Cina kepada pesawat AS.
Saat ini Cina tengah berjaga-jaga atas wilayah udara dan laut di sekitar pulau buatannya. Konstruksi Cina tersebut berada di Laut Cina Selatan. Daerah yang merupakan rumah bagi beberapa rute pelayaran komersial tersibuk di dunia ini yang juga diklaim oleh Filipina, Taiwan, Brunei, Malaysia dan Vietnam.
AS dan Cina pun saling menuduh operasi yang dilakukan berbahaya. Hal ini mendorong adanya kekhawatiran kembali terulangnya insiden seperti 2001 silam. Saat itu tabrakan antara jet tempur Cina dan sebuah pesawat pengintai AS terjadi dan menewaskan pilot Cina sementara awak Amerika ditahan di pulau Hainan, Cina.
AS sebenarnya bersama dengan sebagian besar 10 anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) ingin menghentikan proyek tersebut. Mereka menduga reklamasi pulau bisa membuat Cina mengklaim kedaulatan dan basis aset militer.
AS mengatakan tidak mengambil posisi dalam klaim kedaulatan melainkan menegaskan perlunya negosiasi antara negara terkait. Washington juga ingin menjamin keselamatan maritim dan akses yang menjadi prioritas keamanan nasional AS.
Cina juga bertentangan dengan Jepang terkait kepemilikan gugusan pulau tak berpenghuni di Laut Cina Timur yang dikendalikan oleh Tokyo tetapi juga diklaim oleh Beijing. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas pesawat dan kapal Cina di daerah yang terletak di antara Taiwan dan OKinawa tersebut.
Pada Kamis (21/5) waktu setempat, Angkatan Udara Cina mengumumkan adanya latihan terbaru di lepas pantai di Pasifik barat. Latihan tempur dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kesiapan tempur. Latihan akan diadakan di wilayah udara internasional.
Dikabarkan, latihan tersebut menggunakan pembom bermesin ganda Xian H-6 dan Tupelov Tu-16 versi Cina dari Rusia.