REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrowi mengapresiasi surat terbuka yang disampaikan oleh Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), La Nyala Mattalitti.
"Saya belum baca surat itu, tapi baguslah (dengan adanya surat itu) semua surat itu harus kita baca," kata Imam Nahrowi di Pekanbaru, Sabtu (23/5).
Salah satu poin di dalam surat terbuka itu, La Nyala menuliskan bahwa Menpora tidak memiliki bukti yang menyatakan bahwa PSSI adalah lembaga yang "tidak bersih" dan profesional sehingga harus dibekukan. Menanggapi hal tersebut, Menpora hanya mengatakan bahwa dia memiliki bukti-bukti yang dimaksudkan dalam surat terbuka itu.
"Ada bukti-buktinya, tapi dipegang oleh tim sembilan," ujarnya.
Selain itu, Menpora juga menyangkal bahwa ia disebut selalu "menghindar" dari Ketua Umum PSSI saat akan menemuinya. "Kan sudah ada pejabat kami, 'masa' semua harus saya yang ketemu,?," jelasnya
"Kalau ketemuan janjian begini enak, masa tiba-tiba datang ke kantor bawa wartawan seolah-olah mau ketemu?," katanya.
Sebelumnya pada Jumat lalu (22/5) Ketua Umum PSSI mengirimkan surat terbuka untuk Menpora Imam Nahrawi. Dalam isi surat tersebut, La Nyala mempertanyakan alasan Kemenpora membekukan PSSI.
"Sekali lagi. Tolong dijawab. Kejahatan luar biasa apa yang sudah saya lakukan sebagai Presiden PSSI? Sehingga PSSI diperlakukan seolah organisasi terlarang yang harus dibinasakan dari bumi pertiwi ini?," tanya La Nyala dalam surat tersebut.
Selain itu, ia juga menuliskan bahwa PSSI selalu berusaha memperbaiki diri dalam dua tahun terakhir setelah kisruh dualisme beberapa waktu lalu.
"Saya sudah berulang kali menyatakan, PSSI sangat berterima kasih bila ada pihak, siapa pun, yang membantu memerangi praktek match fixing. Bantu saya untuk memberantas. Bukan sebaliknya, justru seolah memberi stigma, kami atau sayalah pelakunya. Sejak saya menjabat Wakil Presiden PSSI, Demi Allah, saya sudah bertekad memerangi hal itu di kepengurusan saya," tulisnya.
Dalam surat itu, La Nyala juga menyesalkan Menpora yang selalu menghindar saat akan ditemui.
"Saya sudah berusaha menemui Anda di kantor Anda tiga kali. Tetapi tidak berhasil bertemu. Saya berniat untuk duduk dan berbicara dengan Anda. Tentang keputusan Anda yang bisa berakibat fatal bagi sepakbola Indonesia bila FIFA sebagai induk sepakbola dunia member sanksi. Deadline sudah disampaikan FIFA melalui suratnya. Tanggal 29 Mei 2015," tulisnya.