REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Genre musik jazz kian mendapat tempat di hati para penikmat musik di Indonesia. Sudah banyak contoh penyelenggaraan musik jazz yang menuai kesuksesan.
Menginjak usianya yang ke-7, Jazz Gunung tetap konsisten dalam meningkatkan apresiasi terhadap musik jazz etnik Indonesia, dengan menampilkan musisi-musisi yang memadukan etnik Indonesia dengan musik modern yang sejalan dengan tujuan dan semangat Jazz Gunung.
Pimpinan Ring of Fire dan juga sebagai tim seleksi peserta penampil di Jazz Gunung, Djaduk Ferianto mengatakan, lewat perhelatan musik jazz akan menciptakan nuansa persatuan musik dan alam.
"Indahnya jazz merdunya gunung," ujar Djaduk saat jumpa pers di Griya Perbanas, Jakarta Selatan, Rabu (3/6).
Bayangkan menikmati musik di alam terbuka dengan udara sejuk yang segar sambil sesekali ditemani kabut tipis yang turun begitu rendah tepat di depan mata sampai bisa tersentuh. Kadang juga terdengar orkes dan nyanyian serangga dan satwa alam, sayup-sayup di kejauhan.
Jazz Gunung pertama kali diadakan di tahun 2009 dengan Sigit Pramono seorang bankir dan fotografer pencinta Bromo dan musik jazz, sebagai penggagasnya. Butet Kertaredjasa dan Djadug Ferianto dua orang seniman serba bisa, juga ikut menjadi pendukung setia Jazz Gunung sejak awal.