REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Lely Arrianie Napitupulu menilai pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) yang digelar oleh Golkar kubu Agung Laksono di Bali telah mencederai upaya perdamaian antar dua kubu yang saat ini tengah berjalan.
"Itu (Musda yang dilakukan kubu Agung) bisa saja mencederai islah yang sudah disepakati. Padahal Agung bisa lebih sabar hingga ada keputusan dari pengadilan," katanya kepada Republika, kamis (4/6).
Wanita yang juga menjabat Ketua Program Pascasarjana Komunikasi Universitas Bengkulu itu berharap kedua kubu yang berseteru bisa mengembalikan permasalahan mereka ke dalam hati nurani masing-masing.
"Dengan begitu, mereka akan menyadari bahwa kepentingan partai lebih utama daripada kepentingan pribadi,"
Sebelumnya, konflik di tubuh Golkar kembali memanas setelah putusan sela Pengadilan Negeri Jakarta Utara yang memutuskan kepengurusan Partai Golkar kembali ke hasil Munas Riau.
Keadaan ini diperparah dengan digelarnya Musyawarah Daerah (Musda) oleh kubu Agung di Bali beberapa waktu lalu. Malahan, Ketua DPP Partai Golkar hasil Munas Ancol, Leo Nababan mengaku pesimistis kesepakatan kerja sama dengan kubu Aburizal Bakrie akan berlanjut menjadi islah.
Ia menilai kesepakatan kerja sama hanya sampai Pilkada saja.
"Kami yakin kesepakatan tersebut sudah tidak ada gunanya lagi untuk dilanjutkan. Ya artinya kesepakatan kemarin bubar," katanya kepada Republika, Rabu (3/6).