REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Polres Cirebon Kota memastikan kendaraan yang menabrak sepeda motor milik warga hingga menewaskan seorang bocah adalah motor besar patwal (patroli pengawalan).
''Yang melakukan tubrukan dengan korban adanya motor besar patwal,'' ujar Kapolres Cirebon Kota, AKBP Eko Sulistyo Basuki, Jumat (5/6).
Namun, saat ditanyakan identitas pelaku tabrakan, Eko enggan menyebutkannya. Dia pun tak bersedia mengatakan kendaraan yang sedang dikawal oleh patwal yang bertabrakan dengan warga tersebut. ''(Pelaku) sudah diidentifikasi, tapi masih terus dilakukan penyelidikan,'' kata Eko.
Eko pun menegaskan motor besar patwal tersebut bukan motor patwal Polres Cirebon Kota. Polres Cirebon Kota menangani dan menyelidiki kasus itu karena lokasi kejadiannya berada di wilayah hukum Polres Cirebon Kota. Untuk kepentingan penyelidikan, Eko menyatakan telah memeriksa enam orang saksi, termasuk saksi dari kepolisian.
Seperti diketahui, Hafidz Khairil Anam (7 tahun), bocah warga Blok Bandung, Desa Setu Wetan, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, tewas setelah sepeda motor yang dikendarai ibunya ditabrak sebuah motor besar patwal di Jalan Tuparev, Ahad (31/5).
Menurut Hanifah (45), ibu kandung Hafidz, peristiwa itu bermula saat dirinya mengendarai sepeda motor dengan membonceng anaknya, Hafidz (7) dan keponakannya, Taufik (8). Saat itu, dia melaju dari arah Kota Cirebon hendak pulang ke rumahnya di Weru, Kabupaten Cirebon.
Ketika melintas di Jalan Tuparev, dari arah berlawanan melintas sebuah motor patwal. Motor itu membunyikan sirine keras dan melaju dengan kecepatan tinggi. ''Dari jauh saya sudah melihat adanya motor patwal itu,'' terang Hanifah.
Hanifah pun bermaksud menyingkir ke sebelah kiri jalan. Namun, belum sempat menyingkir, motor patwal yang sudah melewati batas garis di tengah jalan langsung menabraknya.
Akibatnya, ketiga korban terpental jatuh dan mengalami luka parah. Ketiganya kemudian dilarikan warga ke RSUD Gunung Jati Cirebon. Korban Hafidz yang mengalami kritis akhirnya meninggal dunia. Sedangkan Taufik mengalami luka parah pada kepala dan lehernya. Sedangkan Hanifah mengalami patah tulang di bagian tangan.
Hanifah mengaku sebenarnya ikhlas dengan kejadian tersebut. Namun, dia menyesalkan peristiwa tersebut seolah hendak diarahkan bahwa dirinya terjatuh. ''Saat di BAP, mereka mengarahkan agar saya terjatuh. Ya saya tidak terima,'' kata Hanifah mengakhiri.