Rabu 10 Jun 2015 07:55 WIB

Jazz Gunung Siap Menggaung di Gunung Bromo

Tohpati Ethnomission dalam Jazz Gunung di Java Banana Bromo Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (9/7) petang.
Foto: Antara/Musyawir
Tohpati Ethnomission dalam Jazz Gunung di Java Banana Bromo Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (9/7) petang.

REPUBLIKA.CO.ID, PASURUAN -- Perhelatan musik tingkat internasional, Jazz gunung siap digelar. Dengan berlatar belakang pegunungan Bromo-Tengger-Semeru di Panggung Terbuka Java Banana, Gunung Bromo, Jawa Timur, perhelatan musik ini akan berlangsung pada 12-13 Juni 2015.

"Jazz Gunung yang sudah diadakan ketujuh ini memadukan musik etnik Indonesia dengan musik modern. Sejalan dengan tujuan dan semangat Jazz Gunung yang diusung sejak pertama kali diadakan. Meningkatkan apresiasi terhadap musik jazz etnik Indonesia," kata Media Relation Jazz Gunung Indonesia, Muhammad Asranur, di Pasuruan, Selasa (9/6).

Ia mengatakan, dalam perhelatan selama dua hari itu akan menampilkan kesenian daerah Kramat Madura, kolaborasi musisi asal Yogyakarta Jay dan Gatra Wardaya dengan dua musisi asal Korea Selatan, gitaris kelahiran Indonesia yang sekarang menetap di Australia, Yuri Jo yang akan tampil dengan grupnya Yuri Jo Collective.

"Bintang tamunya yaitu 'Ring of Fire' pimpinan Djaduk Ferianto yang berkolaborasi dengan penyanyi keroncong, Endah Laras dan gitaris Tohpati, "pop sensation" Tulus, kolektif Ina Ladies pimpinan musisi legendaris Indonesia, Happy Pretty, Beben Jazz And Friends, Malacca Ensemble yang memadukan musik Melayu dan musik modern, Nita Aartsen Quatro berkolaborasi dengan musisi Meksiko Ernesto Castillo dan Andien," ujarnya yang akrab disapa Asra.

Menurutnya, Jazz gunung kali ini selain dapat berkontribusi untuk kembali ke alam melalui kegiatan bersih gunung bersama Sahabat Bromo, juga bertujuan untuk mengenalkan konsep pariwisata ecotourism di Bromo. Hal ini bertujuan agar kelestarian alam lingkungan tetap terjaga dan dampak positif sosial serta ekonomi terhadap masyarakat sekitar tetap berkelanjutan.

"Diharapkan kawasan Bromo tidak hanya sebagai tempat untuk melihat matahari terbit, namun pengalaman dari Jazz Gunung dapat memicu wisatawan untuk mengeksplor dan juga sekaligus menjaga Bromo yang kemudian dapat memberi tetesan ekonomi yang bermanfaat kepada masyarakat sekitar," paparnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan dentingan dawai gitar yang dipadu dengan gendang dan seruling akan memberikan kehangatan Gunung Bromo yang mulai diselimuti kabut putih dan hujan gerimis. Serta cuaca yang dingin seolah sirna ditengah kehangatan irama musik jazz.

"Wisatawan tidak hanya menikmati panorama Gunung Bromo yang indah. Jazz gunung diharapkan dapat menambah alasan melancong untuk mengeksplor kawasan Bromo serta memberi tetesan ekonomi pada masyarakat Tengger karena datangnya penikmat jazz," tandasnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement