REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ibu kandung Angeline, Amidah, menangis histeris saat tiba di Instalasi Kamar Jenazah Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, Bali, Rabu (10/6), karena tidak terima anaknya menjadi korban pembunuhan.
"Siapa yang bunuh kamu nak, kenapa kamu dibunuh, ibu tidak terima kamu diperlakukan seperti ini," kata Amidah perempuan asal Banyuwangi itu, saat melihat kondisi jenazah anaknya yang sudah terbujur kaku di IKJ RSUP Sanglah, Denpasar.
Pihaknya juga meminta kepada polisi untuk menangkap pelaku pembunuhan dan mendesak petugas agar menghukum seberat-beratnya. "Pak Polisi, tangkap pelaku yang membunuh anak saya pak. Hukum mati saja dia," ujar Amidah.
Saat itu, Amidah juga menyebutkan Angeline merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. "Kalau tidak mau jaga anak saya, kembalikan pada saya saja. Janganlah dibunuh," ujarnya histeris.
Kerabat korban, Supri mengatakan Angeline diadopsi pada usia tiga hari. Sejak saat itu, Amidah tidak pernah bertemu lagi dengan buah hati karena tidak tidak diperbolehkan atau atas dasar kesepakatan bersama antara ibu angkat korban dan ibu kandungnya. "Ibu kandungnya belum pernah bertemu sejak diadopsi itu," ujarya.
Ia menuturkan proses adopsi bayi Angeline, Amidah dan Margaretha (ibu angkat Angeline) tidak pernah saling mengenal. Saat itu keduanya berkenalan di klinik di Canggu karena Ketiadaan biaya melahirkan.
Margaretha kemudian membantu biaya persalinan dan bayi diadopsinya. "Usia bayi saat itu baru berumur tiga hari dan dibawa oleh ibu angkatnya," jelasnya.
Ia menuturkan selama delapan tahun, Amidah tidak pernah bertemu atau sekadar menjenguk Angeline, dan saat berita kehilangan Angeline mencuat, ibu kandungnya itu tidak pernah bertemu dengan Margaretha.