REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Target Badan Urusan Logistik (Bulog) yang bertekad menyerap beras petani sebanyak 2 juta ton selama dua bulan dinilai terlalu ambisius. Meskipun tampak bagus, target yang ditetapkan sebuah lembaga negara seharusnya menyesuaikan dengan kemampuan dan perangkat pencapaian yang ada.
"Kalau target sebesar itu saya juga bingung, itu terlalu ambisius, bagus sih, berani segitu, tapi kayaknya agak sulit," kata Pengamat Pertanian dari IPB Hermanto Siregar dihubungi pada Selasa (16/6). Utamanya, lanjut dia, yang mesti disiapkan Bulog untuk meningkatkan serapan beras petani yakni kesiapan aparatnya, dari segi jumlah dan persebaran, untuk terjun langsung ke lapangan mencari padi atau gabah.
Aksi aparat pun harus lebih agresif dibanding tengkulak yakni membeli gabah atau beras sebelum ke penggilingan. Sebab yang terjadi selama ini, petani tak peduli siapa yang membeli gabah mereka, asalkan dilakukan segera dan harganya pantas.
Kendala selanjutnya yakni terkait harga sendiri. "Bulog itu kalau beli harus sesuai dengan HPP, tidak boleh lebih tinggi," katanya.
Manakala di lapangan ternyata harga di atas HPP, Bulog dan pemerintah harus melakukan langkah antisipasi berupa regulasi. Gudang pun mesti disiapkan agar terjangkau dengan sentra produksi.