REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serika, Barack Obama hampir kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan reaksinya terhadap penembakan di gereja Charleston. Karena kejadian itu, Obama menyerukan kembali reformasi kontrol senjata di negaranya.
"Untuk mengutarakan pikiran dan doa kami pada keluarga dan komunitas mereka (korban), tidak cukup hanya menyampaikan kesedihan dan kemarahan yang kita rasakan," tutur Obama, seperti dilansir The Guardian, Kamis (18/6).
Obama juga menegaskan serangan ke gereja Charleston telah mengancam kehidupan demokrasi di AS. "Saya harus membuat pernyataan seperti ini terlalu sering," ujarnya, mengingat sebelumnya juga pernah terjadi penyerangan serupa di sekolah Newtown, Connecticut.
Selain itu, Obama juga menilai, orang-orang tak bersalah kembali harus meregang nyawa pasca serangan di gereja Charleston. Hal itu dikarenakan bebasnya warga di negaranya mendapatkan senjata.
Seblumnya, seorang pria kulit putih melakukan penembakan di sebuah gereja yang biasa dihadari warga kulit hitam di pusat kota Charleston pada Rabu (17/6), malam. Sembilan orang tewas akibat insiden yang digambarkan pihak berwenang sebagai kejahatan rasial.