REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Larangan keluar rumah diberlakukan di Kashmir India pada Jumat (19/6) dengan para pemimpin tinggi separatis yang ditahan diperintahkan menghentikan rencana pawai protes atas serangkaian pembunuhan baru-baru ini di wilayah itu.
Ratusan personel polisi dan paramiliter berpatroli di Srinagar, kota utama di Kashmir. Sekolah-sekolah serta toko-toko tutup. Pembatasan serupa juga berlaku di kota-kota di Lembah Kashmir.
"Tak seorangpun diperbolehkan ikut serta dalam pawai protes di mana pun," kata seorang perwira polisi yang meminta jati dirinya tidak disebutkan.
Warga Srinagar Shakeel Ahmed mengatakan di mana-mana ada personel polisi dan CRPF (Pasukan Polisi Cadangan Pusat). Tak seorangpun diperbolehkan berkeliaran di jalan raya. Para pemimpin separatis menyerukan warga berpawai pada Jumat dari rumah-rumah mereka ke Sopore di bagian timur.
"Saya tak melihat seorang pun bergerak di luar," ujar Shan Mohammad dari rumahnya dekat rumah sakit di Sopore.
Menurut pernyataan-pernyataan dari kelompok-kelompok separatis, menjelang pawai yang direncanakan itu polisi menahan para pemimpin separatis dan sejumlah aktivis. Pemimpin tinggi separatis Syed Ali Geelani, yang berada dalam tahanan rumah, berusaha melanggar larangan itu tetapi ditangkap di luar rumahnya di Srinagar.
Polisi menyalahkan pembunuhan-pembunuhan itu dilakukan faksi Hizbul Mujahidin pro-Pakistan, dengan menyebut perbedaan-perbedaan terjadi di antara para militan. Kelompok-kelompok separatis menyalahkan pasukan pemerintah atas penembakan-penembakan tersebut yang merenggut nyawa dua bekas pemberontak dan dua aktivis lainnya selama beberapa hari.
Hizbul merupakan salah satu kelompok yang berperang bagi kemerdekaan atau penyatuan kawasan tersebut dengan Pakistan tetangganya. Puluhan ribu orang, sebagian besar warga sipil, terbunuh sejak revolusi yang pecah pada 1989.