Oleh: Abdillah Onim, Relawan Indonesia di Gaza, Palestina
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Agresi Israel telah memporak-porandakan wilayah Gaza. Rumah warga, bahkan Graha DAQU Gaza yang baru dibangun lebih luluh lantah.
Akibatnya selama 6 bulan para santri pria dan wanita harus menghafal Alqur'an di rumah mereka masing2. Atas berkat doa dan dukungan dari Muslim di Indonesia, dibarengi dengan komitmen pihak Yayasan Daarul Qur'an Indonesia, Graha DAQU Gaza pun di renovasi kembali.
Proses Renovasi membutuhkan waktu 6 bulan, di mulai bulan Januari 2015. Pembangunan membutuhkan waktu karena material yang dibutuhkan sangat langka. Kalau pun ada maka harganya sangat tinggi, umpamanya semen 1 ton (20 Sag) dengan harga 2,200 Syeqel atau senilai dengan Rp 7 juta, atau 1 Sag semen dengan harga Rp 350 ribu.
"Untuk merealisasikan program jangka panjang di wilayah Gaza, terutama pembangunan seperti gedung, sangat-sangat sulit karena membutuhkan energi, tenaga dan kesabaran. Sabar dalam mencari material, walau sulit jika kita yakin dan selalu bertawakal kepada Allah SWT, Insya Allah mustahil bagi manusia akan tetapi sangat mungkin bagi Allah SWT," ungkap penuh semangat oleh PJ DAQU Gaza yang menetap di Gaza sejak 2009, menikah dengan Muslimah Gaza dan kini sudah di karuniai 2 anak.
Alhamdulillah, kini Graha DAQU Gaza sudah kembali berdiri kokoh dan diatas atap gedung terlihat bendera Indonesia dengan ukuran besar. Kini Graha DAQU Gaza memiliki 200 lebih santri laki-laki dan perempuan. Selain di Gedung Graha DAQU Gaza, DAQU Gaza memiliki Markaz Tahfidz Putra dan Putri yang terdapat di Masjid Raya Umari di Jabalia Gaza Utara, semoga kedepannya dapat perluas Markaz Tahfidz DAQU di wilayah lainnya, amin.
Kami tim DAQU Gaza, mengucapkan terima kasih kepada para donatur dan Umat Islam di Indonesia atas kedermawanan dan keikhlasan berbagi rezki demi kelancaran pembangunan dan tenovasi Graha DAQU pascaagresi Israel. Semoga Amal kebaikannya menjadi timbangan pemberat amal kebaikan, amin