REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Francois Hollande mengaku tidak dapat menerima tindakan mata-mata yang dilakukan Amerika Serikat kepada negaranya.
"Prancis tidak akan mentolerir tindakan yang mengancam keamanan dan perlindungan kepentingan," kata Kantor Presiden dalam sebuah pernyataan, Rabu (24/6).
Pernyataan tersebut dikeluarkan usai Hollande bertemu dengan Menteri dan Komandan Militer terkait laporan WikiLeaks. Pada Selasa (23/6), WikiLeaks menyatakan Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) memata-matai tiga Presiden Prancis. Francois Hollande, mantan Presiden Jacques Chirac dan mantan presiden Nicolas Sarkozy.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Ned Price merilis pernyataan pihaknya tidak memata-matai dan tidak akan menyadap komunikasi Presiden Hollande.
"Kami tidak melakukan kegiatan pengawasan intelijen asing kecuali ada tujuan keamanan nasional yang spesifik dan divalidasi," kata Price, Selasa (23/6) malam waktu setempat.
Hal ini, kata dia, berlaku untuk warga biasa dan pemimpin dunia. "Kami bekerja sama dengan Prancis pada semua hal yang menjadi perhatian internasional, dan Prancis adalah mitra yang sangat diperlukan," ungkapnya.