REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat (KPw BI Jabar) telah melakukan berbagai survei terkait kondisi perekonomian dan dunia usaha di Provinsi Jawa Barat. Secara umum, hasil survei mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat pada Triwulan I 2015 mengalami perlambatan dan terendah dalam lima tahun terakhir.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Rosmaya Hadi, menyatakan ada beberapa survei yang dilakuan KPwBI Jabar, di antaranya Survei Pemantauan Harga (SPH), Survei Konsumen (SK), Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Survei Harga Properti Residensial (SHPR) di pasar primer, Survei Penjualan Eceran (SPE), serta Perkembangan Properti Residensial (PPKom). Rosmaya menuturkan, pihaknya melakuakan survei-survei tersebut dalam jangka waktu mingguan, bulanan dan triwulan.
"Pertumbuhan Perekonomian di Provinsi Jawa Barat pada triwulan I 2015 masih mengalami perlambatan," jelas Rosmaya di Bale Panyawangan lantai 5 KPw BI Jabar, Rabu (24/6).
Rosmaya menyatakan indikasi penurunan ini tercermin dari adanya penurunan nilai indeks Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) serta dalam aktivitas di sektor properti (Survei PPKom dan SHPR). Rosmaya menjelaskan, hasil dari SKDU menunjukkan bahwa secara umum kegiatab dunia usaha di Jawa Barat terindikasi mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan IV 2014.
Hal ini ditunjukkan dari lebih rendahnya nilai Saldo Bersih Terimbang (SBT) pada triwulan I 2015 jika dibandingkan dengan SBT triwulan IV 2014. Rosmaya menyatakan SBT pada triwulan I 2015 -12,53 persen lebih rendah dibandigkan dengan SBT triwulan IV 2014 yang sebesar 12,96 persen. Berdasarkan survei, Rosmaya menyatakan dari sembilan sektor kegiatan usaha di Jawa Barat, perlambatan kegiatan usaha sangat terlihat di empat sektor.
"Perlambatan kegiatan usaha terjadi pada sektor industri pengolahan, perdagangan hotel dan restoran (PHR), pertambangan dan bangunan," jelas Rosmaya.
Meski Provinsi Jawa Barat sedang mengalami perlambatan aktivitas perekonomian, Rosmaya menyatakan persepsi keyakinan konsumen masih cukup positif. Hal ini tercermin dalam Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Maret lalu yang mencapai 228,8. Angka tersebut dinyatakan meningkat jika dibandingkan dengan IPR pada Februari lalu yang tercatat sebesar 223,4.
"Penyerapan tenaga kerja dan investasi diperkirakan akan membaik mulai akhir triwulan II 2015," tambah Rosmaya.