Kamis 25 Jun 2015 16:04 WIB

Pimpinan Baznas tidak Harus Kiai

Rep: c 08/ Red: Indah Wulandari
Petugas sedang melayani pembayar zakat di Baznas, Jakarta, Rabu (1/4).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Petugas sedang melayani pembayar zakat di Baznas, Jakarta, Rabu (1/4).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Shodiq Mujahid menyatakan bahwa pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) baik nasional maupun daerah tidak melulu harus berlatar belakang ulama atau kiai.

Menurut Shodiq, mengelola Baznas harus dikombinasikan dengan  orang berlatar belakang profesional dan juga paham dengan keumatan.

“Selama ini kan Baznas baik pusat ataupun daerah dipimpin oleh orang yang latar belakangnya lebih kepada keulamaan atau kekiaian,” kata Shodiq kepada Republika, Kamis (25/6).

Shodiq menilai dalam mengelola Baznas memang juga diperlukan ulama ataupun kiai untuk sebagai pengawas ataupun sebagai dewan syariah.

Sementara, untuk pengelolaan agar Baznas dapat dikembangkan dan dapat memberi manfaat yang lebih luas, maka SDM harus berlatar belakang profesional dalam pengelolaan keuangan.

Untuk menetapkan nama-nama anggota Baznas yang akan diserahkan kepada Presiden ini, Shodiq berharap adanya kombinasi antara pihak-pihak yang punya latar belakang perbankan, latar belakang perpajakkan ataupun pengelolaan keuangan lainnya.

Mmeskipun menghimpun dana untuk sosial, Baznas kata dia juga perlu bekerja efektif dalam menghimpun nasabah layaknya lembaga keuangan.

“Harus punya target nasabah dalam menghimpun, memobilisasi dana, mengelol,a dan mendistribusikan dana dengan tepat,” ujar Shodiq.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement