REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia dan Malaysia berencana mempercepat kerja sama proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkepasitas 300 megawatt di daerah perbatasan RI-Malaysia, Kalimantan Utara. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mentargetkan, proyek ini bisa rampung pada 2019 mendatang.
Kerja sama pembangkit tersebut sebetulnya telah ditandatangani oleh kedua pihak bersamaan dengan momen pelaksanaan KTT Asean, April lalu.
"Sekarang jalan, artinya ada engineering, design dan segala macam. Tapi beliau (Menteri Tenaga Teknologi, Hijau dan Air Malaysia, Datuk Sri Panglima Maximus Johnity Ongkili) datang ke sini untuk mempercepat karena kebetulan yang paling mendesak sebetulnya di Sabah, mereka kekurangan listrik," ujar Sudirman di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Ahad (28/6).
Sudirman melanjutkan, Indonesia mempunyai modal besar untuk mempercepat proyek pembangkit listrik di Kaltara. "Jadi belum ada satu detail, karena mereka tadi mengatakan akan ada satu join technical commitee untuk menditailkan rencana ini," ujarnya.
Seperti diketahui, PT PLN (Persero) sebelumnya menjalin kerjasama di bidang kelistrikan dengan Sabah Electricity Sdn. Bhd. (SESB). Hal ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara kedua belah pihak yang dilakukan oleh Direktur Utama PLN saat itu, Nur Pamudji, dengan Managing Director SESB, Hj. Abd Razak Sallim, Jumat (10/1) lalu di kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.
Penandatanganan MoU tersebut membuka kemungkinan kerjasama segala bidang untuk keuntungan kedua belah pihak, termasuk kemungkinan interkoneksi Kalimantan Utara dengan Sabah. Kerjasama SESB dan PLN merupakan salah satu langkah dalam menuju ke integrasi jaringan ASEAN. PLN dan SESB akan melakukan studi bersama untuk mewujudkan interkoneksi yang saling menguntungkan, terutama antara Kalimantan Utara dan Sabah.