Ahad 28 Jun 2015 21:45 WIB

Sunan Ampel dan Peninggalannya (1)

Kompleks Masjid Sunan Ampel, Surabaya.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Kompleks Masjid Sunan Ampel, Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA  -- "Assalamualaikum," sapa tiga orang berpakaian koko putih bermotif garis lurus warna hijau di lengannya kepada salah seorang petugas yang berjaga tepat di pintu informasi di area makam Sunan Ampel Surabaya, Jawa Timur. "Waalaikumsalam. Ada yang bisa dibantu bapak-bapak?," jawab petugas itu sembari sedikit membungkukkan badannya.

Tak berselang lama, petugas bersafari warna biru gelap itupun mengantarkan ketiga pria yang bertanya tadi ke sisi belakang masjid, yang menjadi lokasi Sunan Ampel dan pengikutnya dimakamkan. Ketiga orang itu rupanya datang untuk berziarah dan meminta izin untuk memasuki area makam.

"Saya baru pertama kali ke sini, jadi maklum kalau harus bertanya ke petugas," ujar Samsudin, pria asal Garut, Jawa Barat.

"Iya mas, tempat ini sakral dan kami tidak ingin seenaknya masuk karena pasti ada tata cara yang harus diikuti," sahut seorang rekannya dari belakang.

Ketiganya pun bersila, duduk di latar berpaving di dekat batu nisan Sunan Ampel yang hanya dikelilingi besi aluminium. Kitab berisi bacaan Yasin dan Alquran diambilnya, dibacanya dengan sesekali ditutup matanya.

Tempat peristirahatan terakhir Sunan Ampel tampak sangat sederhana, hanya berselubung kain putih pada batu nisannya dan dibatasi pagar besi biasa yang terbuat dari aluminium tahan karat setinggi 1,5 meter, yang melingkar dan luasnya sekitar 64 meter persegi.

Tak ada cungkup makam atau ornamen lain yang melindungi makamnya sehingga peziarah bisa melihatnya secara langsung. Tentu saja makam ini terkena derasnya air jika hujan dan panasnya matahari ketika siang.

Keadaan makam Sunan Ampel yang sederhana itu tentu berbeda jauh dengan makam para Wali Songo (sembilan wali) lainnya.

Begitu pula dengan gapura-gapura yang harus dilewati juga terlihat sederhana, tanpa ada ornamen apapun yang menonjol. Makam Sunan Ampel berada di sebelah barat Masjid Agung Sunan Ampel dan berdampingan dengan makam istrinya, Nyai Condrowati, beserta lima kerabatnya.

Di dekat makam keduanya juga terdapat makam Sholeh yang merupakan pembantu dan santri pertama Sunan Ampel, serta Mbah Sonhaji (Mbah Bolong) yang merupakan santri terakhirnya. Keduanya juga bertugas membersihkan masjid.

Di sana juga terdapat ratusan makam syuhada' lain, serta kerabat dan pengikut Sunan Ampel.

Di dalam kompleks tersebut juga ada makam KH Mas Mansyur, seorang Pahlawan Nasional yang hanya ditandai batu nisan di atas tanah datar. Makam KH Mas Mansyur yang terletak di sisi timur masjid itu berada dalam kompleks Makam Keluarga Besar Sagipoddin atau dikenal Gipo.

KH Mas Mansyur adalah salah seorang anggota Sarikat Islam yang pada 1921 masuk organisasi Muhammadiyah. Bersama Soekarno, Moch. Hatta dan Ki Hadjar Dewantara, KH Mas Mansyur termasuk dalam tokoh nasional yang diperhitungkan dan dikenal dengan sebutan "Empat Serangkai".

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement