Senin 29 Jun 2015 01:45 WIB

Pemantau: ISIS Bunuh Tiga Ribu Orang Suriah dalam Setahun

Militan ISIS pamer kekuatan.
Foto: AP
Militan ISIS pamer kekuatan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Sebuah lembaga pemantau menyatakan kelompok ISIS (IS) sudah membunuh 3.000 orang di Suriah, termasuk ratusan warga sipil, dalam tahun sejak kelompok itu menyatakan diri sebagai "khalifah".

Syrian Observatory for Human Rights, lembaga yang berpusat di Inggris dan memantau konflik Suriah, pada Ahad (28/7) mengatakan, pihaknya telah mendokumentasikan 3.027 pembunuhan oleh IS sejak 29 Juni 2014.

Di antara yang IS bunuh adalah 1.787 warga sipil, termasuk 74 anak-anak, kata Observatory.

Anggota-anggota suku Shaitat Sunni merupakan setengah dari jumlah warga sipil yang terbunuh. ISIS telah menewaskan 930 anggota suku itu di Deir Ezzor tahun lalu setelah mereka mengangkat senjata memerangi kelompok Muslim Sunni garis keras tersebut.

Jumlah korban tewas juga termasuk mereka yang dibunuh secara massal oleh ISIS di kota Kurdi Suriah, Kobane. Para militan ISIS dengan cepat memasuki kembali kota itu pada pekan ini setelah sebelumnya didepak pada Januari.

Observatory mengatakan pihaknya telah menghitung bahwa setidaknya 223 pembunuhan terjadi di kota perbatasan itu pekan ini.

Observatory juga mendokumentasikan 216 pembunuhan oleh ISIS terhadap para petempur Kurdi dan faksi-faksi pemberontak saingannya, juga pembunuhan yang dialami hampir 900 anggota pasukan pemerintah.

ISIS juga telah mengeksekusi 143 anggotanya sendiri, yang dianggap melakukan kejahatan, termasuk menjadi mata-mata. Banyak di antaranya yang ditangkap ketika mereka sedang berupaya lari dari kelompok itu, kata Observatory.

Setidaknya 8.000 milisi ISIS tewas dalam pertempuran dan serangan-serangan udara yang dipimpin Amerika Serikat, kata lembaga itu.

Menurut laporan AFP, ISIS muncul di Suriah pada 2013, berkembang dari jaringan Alqaidah di Irak dan, pada awalnya, ingin bergabung dengan jaringan Alqaidah Suriah bernama Front Al-Nusra.

Ketika Al-Nusra menolak untuk bergabung, kedua kelompok kemudian menjadi pesaing, dan ISIS melaju untuk mengumumkan "kekhalifahan"nya di wilayah Suriah dan Irak tahun lalu. IS menyatakan pemimpinnya, Abu Bakr al-Baghdadi, sebagai "Khalifah Ibrahim".

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement