REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Sebuah lembaga ekonomi terkenal di Australia, BIS Shrapnel, memperkirakan bahwa harga rumah akan turun di banyak kota di Australia selama tiga tahun mendatang.
BIS Shrapnel memperkirakan tingkat suku bunga yang rendah sekarang ini akan membuat harga rumah tetap melonjak di tahun 2016, namun dengan kemungkinan naiknya suku bunga dan daya beli yang menurun menyebabkan harga akan turun dari tahun 2017.
Tetapi berbeda dengan peringatan akan kemungkinan 'jatuh tajamnya (bubble)' harga rumah seperti perkiraaan dari Sekretaris Bendahara Utama Australia baru-baru ini, BIS Shrapnel tidak khawatir mengenai kemungkinan adanya hal tersebut, dan memperkirakan harga akan turun 'sedikit saja'.
Selain Perth dan Canberra, BIS Shrapnel memperkirakan harga rumah akan naik perlahan di kota-kota lainnya dari sekarang hingga bulan Juni 2018.
Namun untuk apartemen, keadaannya agak lain karena sekarang ini ketersediaan properti jenis tersebut berlebihan.
"Di banyak ibu kota negara bagian, pembangunan apartemen terjadi besar-besaran karena permintaan investor. Berbagai proyek ini sekarang hampir selesai, dan permintaan penyewaan harus tinggi untuk memenuhi berbagai pembangunan tersebut," kata manajer senior BIS Shrapnel Angie Zigomanis.
"Namun yang kita lihat sekarang adalah pertumbuhan penduduk secara nasional mulai melambat. Migrasi dari luar negeri mulai turun, dari 235.700 di tahun 2012/2013 turun ke angka perkiraan 184 ribu di tahun 2014."
"Dengan mayoritas migrasi luar negeri ini masuk dalam kategori "pengunjung luar negeri panjang' yang artinya mereka bukan permanen tapi sementara, pengurangan itu akan berpengaruh besar pada sektor penyewaan," ujar Zigomanis.
Zigomanis mengatakan bahwa negara-negara bagian yang selama ini mengandalkan pada pertambangan, mengalami penurunan jumlah penduduk, dan ini tentu berpengaruh pada kondisi ekonomi.
BIS Shrapnel juga memperkirakan bahwa Austtralia Selatan, Tasmania, dan ACT (Canberra) sudah mengalami kelebihan pasok properti, yang akan mempengaruhi kenaikan harga, padahal selama ini kenaikan sudah tidak terjadi.
Pengaruh utama terhadap dua pasar properti paling mahal di Australia: Sydney dan Melbourne besar kemungkinan datang dari kenaikan tingkat suku bunga yang pasti akan terjadi.
BIS Shrapnel memperkirakan adanya kenaikan .50 persen dari tingkat bunga saat ini 2 persen, di akhir masa perkiraaan mereka yaitu di tahun 2016.
"Tingkat suku bunga diperkirakan akan menjadi lebih ketat di akhir tahun 2016." kata Angie Zigomanis.
Kenaikan suku bunga, yang akan mempengaruhi permintaan/daya beli, diperkirakan akan terjadi bersamaan dengan kelebihan pasok properti di seluruh Australia kecuali di New South Wales di tahun 2018.
Di saat itu, diperkirakan akan ada 410 ribu rumah baru yang sudah selesai dibangun.
"Dengan itu, BIS Shrapnel memperkirakan seluruh pasar akan melemah di tahun 2016/17 dan 2017/18, dengan harga rumah melandai atau malah turun di masa ini." kata Zigomanis.